REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar di Bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia membuat pertaruhan besar di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Pulau Jawa. Golkar bisa saja gigit jari jika semua jagoannya kalah di Pilkada.
Terakhir yakni keputusan Golkar yang tak jadi mengusung Airin Rachmi Diany di Pilgub Banten. Meski, berdasarkan hasil survei elektabilitas Airin jauh lebih unggul dibandingkan dengan kandidat lainnya.
Sebut saja Survei Alvara Strategi Indonesia mengungkapkan bahwa elektabilitas Airin mencapai 46,8 persen. Disusul oleh mantan wali kota Tangerang Airin Wismansyah 24,1 persen, Rano Karno 8,7 persen, Andra Soni 6,4 persen, Dimyati 3,1 ersen, Iti Jayabaya 3,1 persen, Ade Sumardi 0,4 persen dan Ari Untung 0,1 persen.
Ketua DPD Ratu Tatu Chasanah mengatakan, majunya Airin Rachmi Diany sebagai bakal calon gubernur Banten tidak mendapat rekomendasi dari Partai Golkar atas keputusan Ketua Umum Golkar Bahlil. Menurut dia, alasan Golkar tidak mengusung Airin karena memiliki rencana lain dalam calon yang diusung pada Pilgub Banten.
"Tapi Pak Bahlil sudah mengetahui dan mempersilakan. Jadi Airin atas nama pribadi. Pak Bahlil memahami itu," ujarnya.
Alih-alih mengusung kadernya sendiri, Golkar memilih untuk mengusung pasangan Andra Soni -Dimyati. Andra Soni-Dimyati sebelumnya telah diusung oleh KIM Plus di antaranya Gerindra, PKS, Demokrat, Nasdem, PKB, PAN, PSI, PPP, hingga Golkar. Sementara Airin diusung oleh PDIP.
Pertaruhan lain yakni di Jakarta dan Jawa Barat. Golkar akhirnya lebih memilih untuk menaruh Ridwan Kamil di Jakarta dibandingkan Jawa Barat.