Senin 26 Aug 2024 11:51 WIB

Bagaimana Islam Memandang Cinta?

Ada tiga tingkatan cinta menurut Islam.

ILUSTRASI Cinta.
Foto: www.freepik.com
ILUSTRASI Cinta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam memandang persoalan cinta sebagai fitrah yang diberikan Allah kepada manusia dan mustahil dipisahkan dari kehidupan. Tak terbayangkan, jika cinta itu dicabut Allah dari individu, keluarga atau dari masyarakat.

Sebagai agama sempurna bagi manusia, Islam senantiasa memperhatikan fitrah dan kecenderungan manusia. Termasuk dalam hal ini kecenderungannya pada cinta secara umum, maupun mencintai lawan jenisnya secara khusus.

Baca Juga

Islam tidak pernah menghalangi, menghambat keinginan-keinginan manusia. Islam hanya mengarahkan dan menjaga agar manusia tetap menjadi manusia. Sebab jika tidak diarahkan maka manusia bisa jatuh ke derajat hewan, bahkan dapat lebih rendah dari itu (QS 7:179).

Agar manusia terarah dan senantiasa berada pada garis koridornya sebagai makhluk mulia, maka Allah mengingatkan soal kecenderungan manusia ini. Telah dibuat indah bagi manusia untuk senang kepada wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda tunggangan, hewan ternak, dan sawah ladang. Semua itu adalah kesenangan duniawi. Dan Allah sebaik-baik tempat kembali (QS.3:14).

Tiga level cinta

Dari ayat itu, secara jelas Allah telah mengarahkan kesenangan tersebut agar manusia tidak 'kebablasan'. Menjelaskan makna ayat tersebut, seorang pakar ilmu pendidikan Islam, Dr Abdullah Nasih Ulwan, dalam sebuah karyanya membagi arahan cinta menjadi tiga tingkatan.

Pertama, cinta mulia. Ini adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Jenis kecintaan ini menempati derajat tertinggi dari seorang yang beriman.

Kedua, cinta fitrah, yaitu cinta yang dikaruniakan Allah kepada manusia agar saling mengasihi. Dengan itu, tiap insan bisa menyayangi sesamanya, dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Jenis kecintaan ini menempati derajat menengah.

Ketiga, cinta tercela yaitu cinta yang mengutamakan anak, istri, orangtua, dan harta lebih dari kecintaan kepada Allah, Nabi Muhammad SAW, dan jihad fii sabilillah. Termasuk cinta tercela adalah mencintai musuh-musuh Allah; dan mencintai lawan jenis serta harta berdasarkan hawa nafsu belaka.

Sebagai orang beriman, ada baiknya kita mengevaluasi kadar cinta yang kita miliki. Apakah benar telah terarah sesuai dengan kehendak Allah, atau belum. Jika benar, pertahankanlah, jika belum, segera luruskan. Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki cinta mulia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement