Senin 26 Aug 2024 17:02 WIB

Hilangnya Keanekaragaman Hayati Dapat Menyebabkan Wabah Penyakit Menular

Manusia telah mengubah atau menempati 70-75 persen daratan dunia.

Rep: Mgrol152/ Red: Satria K Yudha
Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga di Puskesmas Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, Kamis (4/1/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Vaksinator menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga di Puskesmas Arcamanik, Bandung, Jawa Barat, Kamis (4/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA– Selama 50 tahun ke depan, manusia akan semakin merambah habitat satwa liar di lebih dari separuh daratan di bumi, menurut penelitian para ilmuwan. Hal ini dapat mengancam keanekaragaman hayati dan meningkatkan kemungkinan terjadinya pandemi di masa depan.

Dikutip dari the Guardian, manusia telah mengubah atau menempati antara 70 persen hingga 75 persen daratan dunia. Penelitian yang dipublikasikan di Science Advances pada pekan lalu ini menemukan bahwa tumpang tindih antara populasi manusia dan satwa liar diperkirakan akan meningkat di 57 persen daratan bumi pada 2070, didorong oleh pertumbuhan populasi manusia.

“Anda memiliki tempat-tempat seperti hutan di mana hampir tidak ada orang, di mana kita akan mulai melihat lebih banyak kehadiran dan aktivitas manusia, dan interaksi dengan satwa liar,” kata Neil Carter, peneliti utama studi ini dan seorang profesor lingkungan dan keberlanjutan di University of Michigan, Amerika Serikat.

“Manusia meningkatkan tekanan dan dampak negatifnya terhadap spesies, yang merupakan sesuatu yang telah kita lihat selama bertahun-tahun. Hal ini merupakan bagian dari penyebab krisis hilangnya keanekaragaman hayati yang kita alami,” katanya.