Senin 26 Aug 2024 20:18 WIB

Bersedekah dengan Makanan

Meski miskin, Abu Dzar Al Ghifari tetap bersedekah.

Kisah Nabi Muhammad dan Sedekah Satu Butir Gandum (ilustrasi)
Foto: pixnio
Kisah Nabi Muhammad dan Sedekah Satu Butir Gandum (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TAIF -- Sahabat Nabi yang bernama Abu Azar Al Ghifari merupakan sahabat Rasulullah Saw yang sangat miskin. Bahkan, ia adalah sahabat termiskin di antara sahabat-sahabat Rasulullah lainnya. 

Nama lengkapnya adalah Abu Dzar Jundab bin Junadah bin Sufyan al Ghifari. Ia berasal dari suku Ghifar, sebuah suku yang tinggal di lembah Waddan yang menghubungkan Makkah dengan daerah lainnya. Mereka hidup jauh dari peradaban kota. 

Baca Juga

Meskipun sangat miskin, Rasulullan saw, tetap merintahkan Abu Dzar untuk bersedekah. Dikutip dari buku Rizem Aizid, “Para Musuh Allah”, Abu Dzar lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, dengan apa saya bisa bersedekah?”

Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Kalau engkau membuat sop, perbanyaklah kuahnya dan hendaknya engkau bagikan kepada tetanggamu."

Kemudian, Abu Dzar menjawab, "Tetapi sop saya istimewa, ya Rasulullah,”

"Apa maksudmu?" Rasulullah Saw bertanya.

"Sop saya hanya terdiri atas air putih yang dibubuhi garam dan sedikit irisan bawang."

Lalu apa jawaban Rasulullah Saw? "Tidak mengapa," terang beliau.

Kemudian, Abu Dzar pun melaksanakan perintah Rasulullah Saw. Sehingga, tetangga yang menerima sedekah sop dari Abu Dzar merasa terharu. Tetangga itu pun kemudian membalasnya dengan menu yang lebih baik.

Abu Dzar al Ghufari menjadi Pelindung Kaum Dhuafa

Sebagai suku yang hidup di pedalaman (pegunungan), suku Ghifar secara turun temurun dikenal sebagai gerombolan perampok yang sangat ditakuti.  Di damping itu, mereka juga dikenal tahan terhadap penderitaan, kekurangan, dan kelaparan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka merampok para pedangan yang lewat di daerah mereka. Dan di antara orang-orang Bani Ghifar, orang paling kejam dan paling buruk tabiatnya ialah Abu Dzar Al Ghifari. 

Dikutip dari buku The Great Sahabat karya Rizem Aizid, Abu Dzar al-Ghifari Ra. tidak selamanya menggeluti profesi turunan sebagai perampok tersebut. Allah Swt. segera memberinya hidayah sehingga ia insaf dan bertaubat. Sesungguhnya, Abu Dzar dalam hatinya terdapat sifat yang baik, namun karena ia dibesarkan di keluarga yang moralnya rusak, ia pun terpengaruh. 

Abu Dzar akhirnya memeluk Islam dan dengan lantang mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan orang-orang kafir Makkah.  Akibat dari perbuatannya itu, Abu Dzar al-Ghifari mendapat serangan bertubi-tubi dari orang-orang kafir Makkah. 

Mereka melempari Abu Dzar dengan batu. Akibatnya, tubuh Abu Dzar al-Ghifari Ra. terluka parah hingga menyebabkan ia hampir mati. Beruntungnya, paman Rasulullah Saw yaitu Abbas yang sudah memeluk Islam segera menolongnya.

Penyerangan bertubi-tubi terhadap Abu Dzar berhenti setelah Abbas menyadarkan seluruh penduduk Makkah bahwa Abu Dzar berasal dari suku Ghifar.  Karena apabila Abu Dzar meninggal, maka tidak ada jalan lagi bagi penduduk Makkah untuk pergi ke Syam. Pun demikian, barang-barang kebutuhan mereka yang datang dari Syam tidak akan sampai ke Makkah. Maka, berhentilah siksaan dan serangan yang dilakukan orang-orang Makkah terhadap Abu Dzar.

Selanjutnya, Abu Dzar menjadi sahabat Nabi SAW yang sangat masyhur. Ia dikenal karena kezuhudan dan keilmuan yang dimilikinya. Ia juga berhasil mengislamkan hampir seluruh sukunya.

Sementara itu, kezuhudan Abu Dzar al-Ghifari Ra dapat dilihat dari penolakannya terhadap gaya hidup kapitalistis. Abu Dzar al-Ghifari Ra. merupakan pribadi yang sangat dermawan. la tetap berpegang pada prinsip egaliter Islam.

Dalam hal kekayaan, Abu Dzar al-Ghifari Ra. sangat keras pendiriannya. la termasuk orang yang berpendapat bahwa menyimpan harta yang lebih dari keperluan hukumnya haram.

Pendirian Abu Dzar al-Ghifari Ra. itu berbeda dengan para sahabat yang lain. Mereka membolehkan menyimpan harta dengan syarat harta itu telah dizakati.

Kesederhanaan Abu Dzar al-Ghifari Ra, juga telah disabdakan oleh Rasulullah Saw. sebelum beliau meninggal. Beliau pernah berkata kepada Abu Dzar al-Ghifari Ra. sebelum wafat, "Abu Dzar akan tetap sama sepanjang hidupnya."

Dengan prinsip yang dipegangnya itu, Abu Dzar telah menjadi pelurus bagi para penguasa dan pelindung bagi kaum dhuafa. 

Saat Abu Dzar al-Ghifari Ra. pindah ke Syria, ia juga menjadi pembela kaum dh'afa. Di tempat barunya itu, ia melihat dengan mata kepala sendiri Mu'awiyah hidup bermewah-mewahan. Abu Dzar al-Ghifari Ra. pun kemudian membangkitkan kaum tertindas untuk melawan kaum borjuis. Ajaran egaliternya membangkitkan masa melawan penguasa dan kaum borjuis di Syria. 

Pada akhirnya, prinsip dan ajaran egaliter Abu Dzar al-Ghifari Ra. itu mengilhami lahirnya sejumlah tokoh penting di era berikutnya, di antaranya; Hasan Bashri, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, dan masih banyak lagi. Atas pencapaian Abu Dzar al-Ghifari Ra. itulah, Amirul Mukminin keempat Ali bin Abi Thalib Ra. pernah berkata,

"Saat ini, tidak ada satu orang pun di dunia, kecuali Abu Dzar, yang tidak takut kepada semburan tuduhan yang diucapkan oleh penjahat agama, bahkan saya sendiri pun bukan yang terkecuali."

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement