Selain Arsa, dua anak Ernita lainnya memang sudah berlatih panahan. Arum Najlus (9 tahun) dan Azmiah Rusidina (15 tahun) sudah memiliki busurnya sendiri. Ernita menjelaskan, panahan tradisional bisa membangun karakter anak-anaknya. Berlatih panahan tradisional ternyata membuat anak-anaknya lebih mandiri.
Untuk Arsa, dia lebih fokus dalam membuat perencanaan dan jujur dalam bersikap. Pernah pada satu kali, Arsa mengumpulkan uang sen diri untuk membeli jam tangan. Setelah terkumpul Rp 80 ribu. Dia lantas berbicara kepada ibunya jika uang hasil tabungannya masih ku rang Rp 20 ribu. "Itu yang saya kaget. Padahal, dia tadinya anak manja, tapi sekarang mau mengumpulkan uang sendiri," kata ernita.
Sunaryo Adhiatmoko, suami Ernita, mengenal panahan tradisional sejak empat tahun lalu. Seusai mem baca literatur dan berdiskusi tentang panahan, dia memutuskan untuk mem perkenalkan olahraga tersebut kepada keluarganya.
Dia menjelaskan, pada zaman digital yang mela hir kan generasi milenial seperti seka rang, pancaindera manusia terbu nuh. Manusia benar-benar tergantung pada fasilitas yang bernama gadget. Dari berkomunikasi, belanja hingga berkendara akan kembali ke gadget. "Manusia sudah kehilangan nalar