REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat mengungkapkan 13 kasus terkonfirmasi cacar monyet muncul sepanjang tahun 2023-2024. Kasus tersebut muncul diakibatkan perilaku hubungan seksual yang tidak aman atau menyimpang.
"Yang terkonfirmasi 13 (cacar monyet), tahun 2023-2024," ucap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar dr Rochady saat dikonfirmasi, Selasa (27/8/2024).
Rochady mengatakan penularan Mpox atau cacar monyet di Jawa Barat rata-rata ditemukan pada pasien yang memiliki riwayat status hubungan seksual yang tidak aman atau menyimpang. Seperti memiliki pasangan intim lebih dari satu dan mempunyai kelainan seperti LSL (lelaki seks dengan lelaki) alias homoseksual.
Rochady mengatakan gejala umum Mpox yang perlu diwaspadai yaitu demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, nyeri otot dan ruam kulit dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ia menyebut langkah pencegahan yang efektif antara lain menjaga kebersihan diri, sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menghindari kontak langsung dengan orang yang sakit terutama dengan ruam kulit mereka. Serta menghindari berbagi barang pribadi seperti handuk, pakaian, atau peralatan makan.
"Menjaga jarak fisik terutama dengan orang yang menunjukkan gejala. Melakukan vaksinasi jika tersedia, vaksin Mpox dapat memberikan perlindungan," kata dia.
Rochady mengatakan Dinkes Jabar berhasil mengidentifikasi penyebab penularan Mpox yaitu kontak langsung dengan ruam kulit orang yang terinfeksi, kontak dengan benda yang terkontaminasi cairan tubuh orang yang terinfeksi dan penularan melalui hubungan seksual. Ia menyebut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat melakukan berbagai upaya edukasi yaitu kampanye melalui media sosial dan media massa, penyuluhan di masyarakat, pembagian leaflet dan poster, kerja sama dengan lembaga pendidikan dan komunitas.
Apabila didapati masyarakat yang mengalami gejala Mpox, Rochady mengatakan penanganan kasus Mpox di daerah terpencil biasanya melibatkan pelaporan kasus oleh petugas kesehatan setempat, pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium, isolasi pasien, pemberian pengobatan suportif, pelacakan kontak erat.