Rabu 28 Aug 2024 07:37 WIB

Masjid al-Aqsa Makin Terancam, Israel Bakal Danai Penerobosan Yahudi

Bahkan Amerika Serikat risau dengan aoksi Israel di Masjid al-Aqsa.

Menteri Israel Itamar ben Gvir menerabas Masjid al-Aqsa pada Selasa (13/8/2024).
Foto: twitter/x
Menteri Israel Itamar ben Gvir menerabas Masjid al-Aqsa pada Selasa (13/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Kondisi keamanan di Masjid al-Aqsa di Yerusalem makin mendekati titik didih. Dalam langkah provokatif terbaru, menteri ekstremis Israel menjanjikan dana bagi warga Yahudi untuk merangsek tanah suci ketiga umat Islam tersebut.

Menurut lembaga penyiaran publik Israel KAN, kantor Menteri Warisan Budaya Amichai Eliyahu, yang merupakan seorang menteri ekstremis yang dikenal anti-Palestina, akan mengalokasikan 2 juta NIS (545.000 dolar AS) untuk proyek yang diperkirakan akan dilaksanakan dalam beberapa minggu mendatang.

Baca Juga

KAN menambahkan bahwa Kementerian Warisan telah melakukan kontak dengan ekstremis Kementerian Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir untuk mendapatkan izin polisi Israel untuk tur yang didanai penjajah ke al-Aqsa.

Pengumuman tersebut muncul meskipun Netanyahu berulang kali mengklaim mempertahankan status quo di Masjid al-Aqsa.

Status quo di Masjid al-Aqsa adalah situasi yang ada sebelum Israel menduduki Yerusalem Timur pada 1967, di mana Wakaf Islam Yerusalem, yang berafiliasi dengan Kementerian Wakaf Yordania, bertanggung jawab untuk mengelola urusan masjid.

Namun, pada 2003, otoritas Israel mengubah status ini dengan mengizinkan pemukim memasuki Masjid al-Aqsa tanpa persetujuan dari Wakaf Islam, yang menuntut diakhirinya serangan tersebut.

Sementara, Pemerintahan Amerika Serikat menuduh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir “menabur kekacauan” dan “merusak keamanan Israel” dalam kritik paling kerasnya terhadap anggota kabinet garis keras tersebut. Hal ini terkait provokasinya di Masjid al-Aqsa.

Pernyataan dari juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller muncul setelah komentar Ben Gvir awal pekan ini yang menyatakan dukungan untuk pendirian sinagoga di Kompleks Masjid al-Aqsa. Pemimpin partai sayap kanan Otzma Yehudit itu menanggapi dengan antusias dan mengiyakan ketika ditanya dalam sebuah wawancara apakah dia akan memberikan izin pendirian rumah ibadah Yahudi di tempat suci tiga agama tersebut.

photo
Provokasi Israel di Kompleks Masjid al-Aqsa - (Republika)

“Inisiatif ini akan menunjukkan pengabaian secara terang-terangan terhadap status quo bersejarah sehubungan dengan tempat-tempat suci di Yerusalem,” kata Miller pada Selasa waktu AS dilansir the Times of Israel.

“Pernyataan dan tindakan sembrono yang dilakukan menteri ini hanya akan menabur kekacauan dan memperburuk ketegangan pada saat Israel harus bersatu melawan ancaman dari Iran dan kelompok teroris proksinya, termasuk Hamas dan Hizbullah. Mereka secara langsung melemahkan keamanan Israel,” tambahnya.

Pernyataan tersebut menyusul kritik pedas yang dikeluarkan juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby awal bulan ini terhadap Menteri Keuangan Bezalel Smotrich atas penolakannya terhadap pembebasan sandera dan kesepakatan gencatan senjata yang sedang dinegosiasikan oleh pemerintahan Biden. Kirby menuduh Smotrich membahayakan nyawa para sandera.

 

Pemerintahan Biden mengadakan pertemuan tingkat tinggi pada bulan Juni di mana gagasan untuk memberikan sanksi kepada Ben Gvir dan Smotrich dikemukakan tetapi akhirnya ditolak untuk sementara waktu, kata dua pejabat senior AS kepada the Times of Israel. 

Menteri luar negeri Uni Eropa baru-baru ini menyerukan agar blok tersebut juga mempertimbangkan untuk memberikan sanksi kepada para menteri sayap kanan, meskipun diperlukan kebulatan suara di antara 27 negara anggotanya untuk mengadopsi tindakan tersebut, sehingga hal ini sangat tidak mungkin dilakukan.

Selama wawancara dengan Radio Angkatan Darat pada hari Senin, Ben Gvir juga menyatakan bahwa jamaah Yahudi memiliki hak yang sama dengan jamaah Muslim di Masjid al-Aqsa. Ia mengatakan bahwa hukum Israel tidak membeda-bedakan hak beragama mereka. “Kebijakan saya di Temple Mount (menggunakan sebutan Yahudi untuk al-Aqsa) mengizinkan ibadah di sana, titik,” kata Ben Gvir.

“Bukannya saya melakukan semua yang saya inginkan di Temple Mount,” tambahnya. “Jika saya melakukan semua yang saya inginkan di Temple Mount, bendera Israel sudah lama berkibar di sana.” Ketika ditanya apakah dia akan mendirikan sinagoga di lokasi tersebut jika dia bisa, dia menjawab, “Ya, ya, ya, ya.”

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement