Rabu 28 Aug 2024 15:17 WIB

Mitos Pembawa Sial Sudah Beredak Sejak Zaman Firaun, Ini Jawaban Alquran

Allah pun berfirman bahwa kesialan yang mereka alami merupakan ketetapan dari Allah.

Mumi Firaun Ramesses (Ramses) II. Firaun inilah yang dahulu mengejar Nabi Musa dan Bani Israil.
Foto: dok wiki
Mumi Firaun Ramesses (Ramses) II. Firaun inilah yang dahulu mengejar Nabi Musa dan Bani Israil.

REPUBLIKA.CO.ID, Banyak mitos masih bertebaran tentang pembawa sial. Tak terkecuali di perkotaan. Pembawa sial dipercaya bisa berbentuk beragam hal. Mulai orang, barang, hingga angka tertentu. Misalnya saja, kita masih sering melihat banyak lift di pusat perbelanjaan atau hotel tidak mau menggunakan nomor tertentu untuk penanda lantainya.

Si pengelola percaya jika menggunakan angka tersebut akan mem bawa sial. Karenanya, angka itu pun ditambah dengan huruf untuk mengganti angka yang dianggap mendatangkan kerugian.

Baca Juga

Begitu pula dengan penanggalan. Sebagian masyarakat kita masih percaya ada tanggal baik dan tanggal buruk. Tanggal baik akan dipilih untuk waktu penyelenggaraan pernikahan, khitanan, dan acara besar lainnya. Sebaliknya, tanggal buruk akan dijauhi karena khawatir bisa menda tang kan malapetaka bagi acara yang diselenggarakan.

Orang bahkan bisa dicap se bagai pembawa sial. Syahdan, ada seorang wanita yang menikah dengan teman sekerjanya. Setelah berkeluarga, mereka pun kerap mengalami cobaan, seperti bencana, sakit, kerugian, dan kecela kaan. Kejadian buruk itu sudah terjadi sebelum keduanya meni kah. Hanya, suami dan keluarganya berprasangka bahwa istrinyalah pembawa sial. Jiwa sang istri pun tertekan karena adanya prasangka tersebut.

photo
Prasangka (Ilustrasi) - (Pixabay)

Bila ditilik dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sial artinya tidak mujur dan segala usa hanya selalu tidak berhasil (seperti sukar mendapat rezeki, sukar mendapat jodoh). Sesuatu yang dianggap membawa ketidakmujuran atau pertanda buruk pun dikatakan sebagai pembawa sial.

Mufti Agung al-Azhar, Mesir, Prof Dr Ali Jum'ah Muhammad, mengatakan, anggapan adanya pertanda buruk pada sesuatu adalah salah satu tradisi kaum jahiliyah. Tradisi ini dihapuskan dan terlarang di dalam Islam.

Tak kurang, Firaun dan pengikutnya pernah menuding Musa sebagai pembawa sial. Tudingan itu disampaikan saat Allah mencabut kebaikan berupa kesuburan, kelapangan, dan kesehatan. Saat itu, Mesir dilanda musim kemarau yang panjang. Paceklik terjadi dan tumbuh-tumbuhan tak mau menghasilkan pangan.

Padahal, dahulu mereka hidup dalam kemakmuran. Firaun lantas menuduh musibah itu disebabkan Musa. Allah pun berfirman bahwa kesialan yang mereka alami merupakan ketetapan dari Allah. Sedangkan, banyak di antara mereka yang tidak mengetahui (QS al-Araf [7] 130-131).

 

Burung hantu sebagai tanda kesialan.. 

 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement