Rabu 28 Aug 2024 18:03 WIB

Akumulasi Kenaikan Permukaan Air Laut Berdampak Besar pada Kawasan Pesisir Indonesia

Daerah-daerah pesisir rentan mengalami banjir rob.

Rep: Lintar Satria/ Red: Satria K Yudha
Warga menerobos banjir rob atau air laut pasang di Desa Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (1/6/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Warga menerobos banjir rob atau air laut pasang di Desa Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (1/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bencana yang ditimbulkan kenaikan permukaan air laut, terutama di wilayah Kepulauan Pasifik.  Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan selama 2023 wilayah Pasifik dilanda 34 badai dan banjir mematikan. Bencana-bencana itu menewaskan lebih dari 200 orang. Kenaikan permukaan air laut juga terjadi di Indonesia.

Kepala Pusat Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Eko Prasetyo mengatakan data BMKG dan beberapa studi lainnya menunjukkan bahwa laju kenaikan rata-rata permukaan air laut di Indonesia tercatat berkisar antara 4-6 milimeter per tahun.  "Walau angka ini kecil, namun akumulasinya memberi dampak besar terutama pada kawasan pesisir yang padat penduduk," kata Eko dalam pernyataannya, Rabu (28/8/2024).

Ia menambahkan di beberapa kota pesisir utara Jawa seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya, adanya penurunan muka tanah (land subsidence) yang memperparah kenaikan muka air laut. Eko mengatakan hal ini membuat daerah-daerah ini semakin rentan terhadap banjir rob atau banjir di pesisir yang disebabkan oleh pasang air laut yang tinggi.

Sementara Dikutip dari The Times of India, salah satu penyebab utama penurunan muka tanah di seluruh dunia adalah ekstraksi air tanah dan ekstraksi minyak dan gas. Permukaan air turun dan tanah tenggelam akibat pemompaan yang berlebihan. Pemadatan tanah dan aktivitas seismik adalah faktor lain yang menyebabkan penurunan permukaan tanah.