Rabu 28 Aug 2024 21:33 WIB

Lebih dari 3.500 Gereja di Inggris Ditutup dalam Satu Dekade Terakhir, Ada Apa?  

Jumlah penganut Kristen di Inggris mulai menurun

Gereja Anglikan di Inggris (ilustrasi). Jumlah penganut Kristen di Inggris mulai menurun
Foto: ohta.org.au
Gereja Anglikan di Inggris (ilustrasi). Jumlah penganut Kristen di Inggris mulai menurun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Penutupan gereja dapat menyebabkan penurunan jumlah jemaat secara keseluruhan, karena jemaat tidak mau atau tidak dapat menghadiri gereja yang berbeda, sebuah jajak pendapat baru menunjukkan.

Jajak pendapat ini diadakan oleh National Churches Trust untuk menarik perhatian pada peningkatan jumlah penutupan gereja di Inggris. Lebih dari 3500 gereja telah ditutup dalam satu dekade terakhir, demikian laporan badan amal tersebut.

Baca Juga

Hasil dari survei yang dilakukan terhadap 2.667 orang dewasa di Inggris yang menyatakan diri mereka sebagai orang Kristen.

Sekitar 60 persen dari responden mengatakan bahwa mereka menghadiri gereja di suatu tempat antara setiap hari (dua persen, 29 orang) dan sekali setiap beberapa tahun (18 persen, 480 orang). Lebih dari sepertiga (35 persen, 924 orang) mengatakan bahwa mereka tidak pernah ke gereja.

Setelah permintaan dari Church Times, sampel responden yang pergi ke gereja (dengan mengeluarkan mereka yang tidak hadir) diberi bobot ke angka 1.745 orang. Dari jumlah tersebut, 22 persen mengatakan bahwa, jika gereja lokal mereka ditutup, mereka tidak akan lagi menghadiri gereja sama sekali.

Tujuh persen mengatakan bahwa mereka akan menghadiri kebaktian online sebagai gantinya. Ini berarti hanya kurang dari sepertiga (29 persen) pengunjung gereja tidak akan lagi beribadah di gedung gereja jika gereja pilihan mereka ditutup.

Tujuh persen lainnya mengatakan bahwa, jika gereja mereka ditutup, mereka akan lebih jarang menghadiri kebaktian secara langsung.

Hanya tiga persen dari para pengunjung gereja yang mengatakan bahwa mereka akan menghadiri kebaktian di “bentuk gereja yang baru” seperti di kafe, pusat komunitas, sekolah, atau pusat misi (News, 16 Agustus).

Survei ini juga menemukan bahwa semakin sering responden menghadiri gereja, semakin besar kemungkinan mereka akan mencari tempat baru untuk beribadah jika gedung gereja mereka saat ini ditutup.

Sedangkan 35 persen orang yang menghadiri gereja setidaknya sekali sepekan, dan 33 persen pengunjung gereja setidaknya setiap bulan, mengatakan bahwa mereka akan mencari gereja baru untuk beribadah sesering yang mereka lakukan saat ini. Hal ini dibandingkan dengan hanya 12 persen dari mereka yang datang ke gereja kurang dari sekali dalam sebulan.

Orang-orang yang lebih tua kemungkinan besar tidak akan pergi ke gereja sama sekali: hanya 19 persen dari 566 orang berusia di atas 65 tahun yang mengatakan bahwa mereka akan mencari gereja baru untuk dikunjungi sesering mungkin, jika gereja mereka saat ini tutup. Lebih dari seperempat (28 persen) mengatakan bahwa mereka akan berhenti menghadiri ibadah secara langsung.

Hanya ada 132 orang Kristen yang rajin ke gereja berusia 18 hingga 24 tahun dalam survei ini. Dari jumlah tersebut, 28 persen mengatakan bahwa, jika gereja mereka ditutup, mereka akan mencari gereja baru untuk dikunjungi sesering mungkin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement