Kamis 29 Aug 2024 07:58 WIB

Kunci Meraih Cinta Allah dan Manusia

Inilah di antara berbagai keutamaan zuhud.

ILUSTRASI Pasangan berdoa di Arafah. Zuhud menjadi kunci meraih cinta Allah dan manusia.
Foto: Karta/Republika
ILUSTRASI Pasangan berdoa di Arafah. Zuhud menjadi kunci meraih cinta Allah dan manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zuhud adalah kunci untuk meraih cinta Allah dan sesama manusia. Imam Nawawi dalam kitab Al-Arba'in an-Nawawi mencatat sebuah hadis perihal sikap tersebut, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas.

Dari Ibnu Abbas, Sahl ibn Sa'd as-Saidi mengisahkan, seseorang pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW. Ia kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku amal perbuatan yang jika kulakukan, aku dicintai Allah dan dicintai sesama manusia."

Baca Juga

Rasulullah SAW menjawab, "Berzuhudlah dengan dunia, niscaya engkau dicintai Allah dan berzuhudlah dengan apa yang dimiliki orang lain, niscaya engkau dicintai mereka."

Zuhud tak berarti hidup miskin dan hina. Sederhana saja, Imam Ahmad mendefinisikan sikap itu sebagai kecenderungan untuk tidak serakah. Orang yang zuhud tidak menginginkan harta yang dimiliki orang lain.

Ketika dunia ada dalam genggaman, ia tidak terlenakan oleh kenikmatan itu. Seperti Utsman bin Affan atau Abdurrahman bin Auf. Kedua sahabat Nabi yang kaya raya ini mampu memanfaatkan kelebihan rezeki dari Allah untuk mendukung perjuangan Islam.

Zuhud berarti tidak berhasrat pada hal-hal yang dibolehkan meskipun mampu mendapatkannya. Kalau seseorang memang tidak mampu memperoleh sesuatu mubah yang diinginkannya, maka itu tidak dikategorikan sebagai zuhud.

Demikian pula, kerahiban (rahbaniyah) tidak termasuk zuhud karena penundukan nafsu diri sendiri yang dilakukan seseorang tidak memberikan manfaat bagi umat. Bahkan, Islam melarang umatnya untuk menjalani laku rahib, semisal hidup selibat.

Orang yang miskin belum tentu zuhud. Orang yang kaya belum tentu tak zuhud. Sebab, zuhud hakikatnya tampak dalam sikap hidup seseorang terhadap harta yang diberikan Allah.

"Orang zuhud adalah jika mendapat nikmat, ia bersyukur dan jika ditimpa musibah, ia bersabar," kata Sufyan bin Uyainah.

Karena itu, orang zuhud senantiasa mendapati hidupnya dalam ketenangan. Dunia adalah fana, sedangkan akhirat abadi. Seorang hamba yang zuhud menyadari bahwa rezeki setiap hamba telah ditetapkan di sisi-Nya. Rezeki tidak akan bertambah atau berkurang, sekalipun kita mengejarnya dengan cara-cara yang tidak halal.

Menjadi begitu indah perumpamaan yang dibuat Allah dalam surah al-Hadid ayat ke-20, "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur."

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement