REPUBLIKA.CO.ID, LONDON-Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide, Rabu (28/8), mengecam Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir untuk membangun sinagoge di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa di daerah pendudukan Yerusalem Timur.
"Norwegia sangat menentang pernyataan terbaru Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir, bahwa dia ingin membangun sinagoge di Haram al-Sharif/Bukit Bait Suci," kata Eide dalam sebuah pernyataan.
"Provokasi ini bergabung dengan serangkaian pernyataan dan tindakan yang tidak dapat diterima oleh Menteri (Israel), yang bertujuan untuk mengubah status quo historis di Yerusalem dan memicu ketegangan di saat kawasan itu sangat membutuhkan yang sebaliknya," tambahnya.
Menlu Norwegia tersebut menekankan bahwa semua perhatian sekarang harus difokuskan pada gencatan senjata di Jalur Gaza, pembebasan sandera, dan de-eskalasi, termasuk di Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
"Norwegia mengharapkan semua pihak untuk mematuhi status quo untuk tempat-tempat suci di Yerusalem dan perwalian Yordania," desak Eide.
Pernyataan Ben-Givr pada Senin, di mana dia mengatakan orang Yahudi memiliki hak untuk berdoa di Masjid Al-Aqsa dan bahwa dia bermaksud membangun sinagoge Yahudi di dalam situs suci umat Islam, memicu kecaman internasional karena memicu konflik agama yang lebih besar.
Pemimpin keamanan Israel tersebut selama beberapa bulan terakhir, telah berulang kali menyerukan agar orang Yahudi berdoa di situs suci umat Islam tersebut.
Pernyataan hari Senin itu adalah pertama kalinya dia berbicara secara terbuka tentang pembangunan sinagoge di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa.
Pengumuman Ben-Gvir itu muncul di tengah serangan berulang ke kompleks Masjid Al-Aqsa oleh pemukim ilegal Israel di bawah perlindungan polisi Israel.
Masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga umat Islam dan berfungsi sebagai simbol identitas Palestina.
Selama perang Arab-Israel pada 1967, Israel menduduki Yerusalem Timur, yang mencakup kompleks Masjid Al-Aqsa.
Israel mencaplok seluruh kota tersebut pada 1980, yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Menteri ekstremis...