REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu hari, selepas Perang Hunain, Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya singgah di suatu tempat yang sangat tandus. Ketika itu, Rasulullah SAW memerintahkan mereka agar mengumpulkan apa saja yang ada di sekeliling mereka.
Dengan segera, para sahabat mencari benda-benda di sekeliling mereka; mulai dari ranting kayu, tulang belulang, hingga rontokan gigi hewan. Dalam waktu sekejap, mereka berhasil menghimpun barang-barang tersebut sampai semua itu menjadi tumpukan besar.
Rasulullah SAW melihat tumpukan besar itu, kemudian beliau bersabda, "Apakah kalian melihat benda-benda ini? Ketahuilah, ia sama halnya dengan dosa-dosa yang terkumpul pada diri seseorang di antara kalian. Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim takut kepada Allah. Janganlah berbuat dosa, baik kecil maupun besar. Sebab, semuanya akan dihitung dan diminta pertanggungjawabannya."
Demikianlah bagaimana Rasulullah menggambarkan pandangan kebanyakan kita terhadap dosa. Acap kali, kita meremehkan dosa, khususnya yang kecil-kecil.
Beliau menyetarakan peremehan kita terhadap dosa dengan peremehan kita terhadap barang-barang tidak terpakai dan ringan, semisal tulang belulang atau ranting kayu. Kemudian, Nabi SAW menggambarkan bagaimana hakekat dosa atau pertumbuhan dosa itu.
Menurut beliau, dosa kecil yang terus dilakukan akan bertumbuh ruah bagai tumpukan besar seperti gunung, sehingga memerlukan usaha ekstrakuat untuk menyingkirkannya. Tumpukan dosa ibarat kobaran api.
Api itu awalnya hanyalah berupa percikan. Ia menjadi kobaran hebat jika dibiarkan, tidak dipadamkan. Padahal, percikan lebih mudah dipadamkan daripada ketika telah menjadi kobaran api nan hebat.
Demikian halnya dosa kecil, ketika masih sedikit lebih mudah dihapuskan daripada ketika telah menjadi tumpukan besar dosa. Oleh karena itu, terapi yang Rasulullah SAW ajarkan pada kita sebagai umat beliau adalah agar kita sedapat mungkin menjauhi dosa kecil, apatah lagi dosa besar.
Jika kita telah melakukan dosa sekecil apa pun, beliau mengajarkan agar kita bertobat atasnya, kemudian mengikutinya dengan amalan kebaikan yang dapat menghapuskannya.
Seperti disinyalir dalam sabdanya, "Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, dan ikutilah setiap kejelekan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya" (HR Muslim).
Insya Allah, dengan kewaspadaan kita untuk tidak melakukan dosa sekecil apa pun, kita akan selamat ketika diminta pertanggungjawaban kelak.