Jumat 30 Aug 2024 17:04 WIB

Fenomena Terminal Lucidity: Orang Sakit Parah Mendadak Sembuh, Kemudian Meninggal Dunia

Selama terminal lucidity, pasien bisa berbicara jelas dan minta makanan favorit.

Seseorang mengalami terminal lucidity (ilustrasi). Terminal lucidity merupakan fenomena mendadak sembuh bagi pasien dengan penyakit parah, namun tak lama kemudian meninggal dunia.
Foto: Ilustrasi/Mardiah
Seseorang mengalami terminal lucidity (ilustrasi). Terminal lucidity merupakan fenomena mendadak sembuh bagi pasien dengan penyakit parah, namun tak lama kemudian meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernahkah Anda melihat seseorang yang mengalami sakit parah mendadak bugar, lalu tak lama kemudian meninggal dunia? Fenomena ini kerap dikenal sebagai terminal lucidity. Apa itu?

Terminal lucidity atau yang sering disebut sebagai kejernihan terminal adalah sebuah fenomena di mana seseorang yang sebelumnya mengalami penurunan kesadaran atau fungsi kognitif yang parah, tiba-tiba mengalami peningkatan yang signifikan dalam kejernihan mental dan kesadaran sesaat sebelum meninggal dunia. Fenomena ini sering terjadi pada pasien dengan penyakit degeneratif seperti demensia atau Alzheimer, namun juga bisa muncul pada pasien dengan kondisi lain seperti stroke atau cedera otak traumatis.

Baca Juga

Dilansir laman Healthline, biasanya episode ini terjadi pada orang dengan demensia stadium akhir yang telah kehilangan kemampuan dan tidak dapat lagi berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar mereka. Terminal lucidity juga dapat muncul pada orang dengan kondisi lain, seperti kerusakan otak akibat stroke atau kanker tertentu, yang mendekati akhir hidup mereka.

Terminal lucidity biasanya hanya berlangsung selama beberapa jam atau hari (paling lama). Selama episode ini, orang tersebut mungkin dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak dapat mereka lakukan, seperti mengenali orang-orang di sekitar mereka, meminta makanan favorit, berbicara dengan kalimat lengkap dan jelas, berdiri dan berjalan atau bergerak, hingga mengingat kenangan dari masa lalu.

Sampai saat ini, penyebab pasti dari terminal lucidity masih belum sepenuhnya dipahami. Namun beberapa teori yang diajukan antara lain akibat aktivitas otak yang tidak terduga. Beberapa peneliti berpendapat bahwa otak mungkin melepaskan sejumlah besar zat kimia atau mengaktifkan jaringan saraf tertentu yang dapat meningkatkan fungsi kognitif secara sementara. Selain itu, juga diduga akibat pengurangan tekanan intrakranial. Penurunan tekanan di dalam tengkorak dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan memperbaiki fungsi kognitif.

Ada pula proses biologis yang belum diketahui, di mana diduga ada mekanisme biologis yang kompleks yang memicu peningkatan kesadaran menjelang kematian.

Dalam satu studi sebelum 2018, para peneliti menyelidiki laporan tentang terminal lucidity pada pasien di rumah sakit. Dari 338 kematian yang dilaporkan, hanya ada enam episode terminal lucidity di mana semua pasien meninggal dalam sembilan hari setelah episode tersebut.

Sebuah studi pada 2023 yang mengeksplorasi terminal lucidity menemukan bahwa 73 persen dari 33 petugas kesehatan yang diwawancarai melaporkan menyaksikan episode tersebut. Dalam 22,2 persen dari episode yang dilaporkan, orang tersebut meninggal dalam waktu tiga hari, dengan 14,8 persen lainnya meninggal dalam waktu tiga bulan setelah mengalami episode tersebut.

Fenomena terminal lucidity dinilai memiliki beberapa implikasi penting, baik dari sudut pandang medis maupun sosial. Pertama, harapan bagi keluarga. Bagi keluarga pasien, terminal lucidity dapat memberikan kesempatan berharga untuk berinteraksi dan mengucapkan selamat tinggal. Selain itu, ini menjadi tantangan bagi tenaga medis dalam memberikan perawatan paliatif, karena pasien mungkin membutuhkan penyesuaian rencana perawatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement