Jumat 30 Aug 2024 22:16 WIB

Kuningan Luncurkan Batik Kamuning, Ini Sejarahnya

Saat ini banyak terdapat pengrajin batik di Kabupaten Kuningan

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Ibu Popon pemilik pusat penjualan batik Dakor khas Kuningan memperlihatkan beberapa motif batik Dakor.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Ibu Popon pemilik pusat penjualan batik Dakor khas Kuningan memperlihatkan beberapa motif batik Dakor.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN--Kabupaten Kuningan meluncurkan Batik Kamuning. Batik itu memiliki motif utama berupa bunga kamuning yang akan menjadi ciri khas Batik Kuningan. Penjabat Bupati Kuningan, Iip Hidajat mengatakan, tujuan dari diluncurkannya Batik Kamuning itu karena Kabupaten Kuningan perlu identitas.

Menurut Iip, saat ini banyak terdapat pengrajin batik di Kabupaten Kuningan. Namun, belum punya nama batik yang bisa mewakilkan secara keseluruhan. Untuk itu, diadakan FGD dengan unsur akademisi, seniman, budayawan, dan unsur yang lainnya. Sampai akhirnya, disepakati untuk memberi nama atau identitas batik Kuningan, yakni Kamuning.

Baca Juga

Iip berharap, batik Kuningan itu menjadi kebanggaan warga Kuningan. Karena hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan keunikan dan kekayaan budaya lokal yang diwakili oleh motif Kamuning. Saat ini, delapan motif Batik Kamuning itu sudah mendapatkan sertifikat hak paten.

Iip menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada semua pihak yang telah bersama mengkaji, merumuskan, dan memutuskan identitas batik Kabupaten Kuningan. ‘’Kami berharap launching batik kamuning ini dapat memperkuat kebanggaan kita terhadap budaya lokal dan memberikan dampak positik terhadap perekonomian serta pelestarian budaya daerah,’’ kata Iip.

Batik Kamuning itu tidak terlepas dari Perkembangan Sejarah Kabupaten Kuningan pada jaman “Kerajaan Kuningan” atau jaman Islam. Yakni, pada Nama Anak dan Pohon yang sangat indah serta tumbuh di sekitar kediaman Sunan Maulana Jati atau Syech Syarif Hidayatullah dengan Putri Ong Tien.

Dalam manuskrip kuno Purwaka Caruban Nagari memberitakan bahwa anak yang dipelihara oleh Putri Ong Tien dan Sunan Maulana Jati memiliki nama kecil Raden Kamuning. “….karananira sang ayu Raden Kĕmuning,” tulis Pangeran Arya Cirebon pada halaman 64 dari naskah tersebut.

Ada pula sumber tradisi lisan yang menghubungkan nama itu dengan pohon kamuning (Murraya Paniculata), sejenis pohon yang berasal dari famili Rutaceae dan memiliki warna kekuning-kuningan yang konon tumbuh subur di sekitar kediaman sang pangeran yakni di daerah Luragung dan Kuningan.

Karena tampilannya yang cukup mencolok, pohon kamuning itu kemudian menjadi penanda atau ciri khusus dari tempat tinggal Pangeran Kuningan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement