Sabtu 31 Aug 2024 13:09 WIB

Tujuh Fakta Kontroversi Hubungan MBS dengan Ulama Wahabi Usai Visi 2030 Saudi

MBS telah melakukan sejumlah reformasi dan hubungannya dengan sebagian ulama.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Presiden Joko Widodo bertemu Putra Mahkota Saudi Mohamad bin Salman di sela-sela KTT G20, Osaka, Jepang, Sabtu (29/6)
Foto:

1. Menangkap ulama Wahabi yang kritis

Rezim baru secara bertahap mengurangi pengaruh ulama Wahabi dalam pengambilan keputusan politik. Beberapa ulama terkenal yang sebelumnya memiliki peran penting dalam pemerintahan telah dibatasi atau dipenjarakan jika mereka menentang reformasi yang dijalankan oleh MBS.

Agenda MBS untuk melakukan perubahan di Arab Saudi mencakup promosi “Islam moderat”, yang menurut Putra Mahkota sudah ada di kerajaan tersebut sebelum Revolusi Iran tahun 1979. Karena itu, otoritas negara di bawah pemerintahan MBS telah menangkap orang-orang Saudi dengan jumlah pengkhotbah yang terus meningkat karena diduga mempromosikan ekstremisme dan mendestabilisasi negara. 

Crown Center for Middle East Studies mengungkapkan, konflik antara negara dan ulama bukanlah hal baru, namun MBS lebih berani dibandingkan para pendahulunya dalam upayanya mendorong reformasi sosial. Pada saat yang sama, MBS melakukan penindasan sewenang-wenang, dalam skala besar, yang memungkinkannya menundukkan kelompok agama di Arab Saudi, terutama para ulama Wahabi.