Ahad 01 Sep 2024 15:30 WIB

Islamisasi Papua Terjadi Sebelum Para Penginjil dan Kolonial Tiba

Penyebaran Islam di Papua berlangsung sekitar abad ke 17.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Masjid Darussalam dan Kompleks situs pemakaman raja di Namatota, Kaimana, Papua Barat, Jumat (18/3/2022). Namatota merupakan kerajaan yang ada di Semenanjung Bomberai dan berafiliasi dengan Kesultanan Tidore di Maluku Utara.
Foto: Antara/Virna P Setyorini
Masjid Darussalam dan Kompleks situs pemakaman raja di Namatota, Kaimana, Papua Barat, Jumat (18/3/2022). Namatota merupakan kerajaan yang ada di Semenanjung Bomberai dan berafiliasi dengan Kesultanan Tidore di Maluku Utara.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Berangkat dari minimnya sumber tertulis mengenai sejarah Islam di papua, penelusuran informasi diperoleh dari penuturan pemuka agama Islam dan petuanan (raja). Menurut mereka agama Islam telah masuk ke Papua sejak abad ke-17, khususnya menyebar di daerah pesisir dengan berpangkal pada kabupaten Sorong dan Fak-Fak yang dianggap sebagai pintu masuk Islam ke Papua.

Berdasarkan penuturan para narasumber dan pemilik naskah kuna Papua di Sorong dan Fak-Fak, setidaknya ada tiga hal yang dapat dijelaskan berkenaan dengan masuknya Islam di Papua yang dipercayai datang sebelum kolonial dan para penginjil tiba. 

Baca Juga

Pertama, siapa yang membawa agama Islam ke Papua. Kedua melalui jalur mana Islam masuk ke Papua. Ketiga jejak peninggalan apa saja yang masih dapat disaksikan hingga kini. Berdasarkan uraian yang disampaikan oleh para narasumber dapat diketahui bahwa hampir semua informan menyampaikan hal yang sama tentang ketiga hal itu.

Para Sayyid dan Shaykh Pembawa Islam ke Papua

Pertama, figur pembawa atau penyebar agama Islam ke Papua berasal dari Hadramaut. Menurut para narasumber ada dua figur pembawa atau penyebar agama Islam di Papua. 

Pertama, orang-orang yang memiliki garis keturunan para sayyid yang dipercaya memiliki genealogi sampai ke Nabi Muhammad SAW. Kedua, adalah orang-orang yang tidak memiliki keturunan Sayyid tapi masih memiliki darah keturunan Arab yang disebut sebagai shaykh.

Dijelaskan para pembawa atau penyebar agama Islam di wilayah Papua adalah keturunan marga Al-Hamid, Al-Katiri, Assegaf, Said bin Agil, Bafada, dan Kabiran. Selama proses penyebaran agama Islam itu, para sayyid maupun shaykh melakukan pernikahan dengan warga setempat, sehingga menurunkan garis keturunan campuran Arab-Papua atau Arab-Melayu, dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid 1 diterbitkan Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. 

Tiga Jalur Masuk Islam ke Papua

Berkenaan dengan jalur masuknya Islam ke Papua. Menurut para informan, Islam masuk ke Papua pada sekitar abad ke-16 atau ke-17 melalui tiga jalur utama. Yakni Kesultanan Tidore, Raja Ampat, dan Kepulauan Seram.

Kehadiran Islam di Papua merupakan bagian dari ekpansi Kesultanan Tidore. Sebagaimana telah dijelaskan oleh para narasumber, faktor penting yang memungkinkan Islam masuk ke Papua khususnya Sorong, Raja Ampat, Bintuni, Fak-Fak, dan Patipi adalah Kesultanan Tidore. Dipercayai bahwa Kesultanan Tidore sebenarnya telah hadir di Papua jauh sebelum kolonial datang. Para narasumber juga mengatakan bahwa masuknya misionaris atau para penginjil ke wilayah pedalaman Papua di antar oleh jaringan Kesultanan Tidore. 

Kepulauan Raja Ampat adalah kepulauan pegunungan yang terletak antara Maluku Utara dan daratan utama Papua Barat. Menurut legenda asal-usul, kerajaan-kerajaan Raja Ampat diperintah oleh empat raja, yaitu Raja Salawati, Raja Waigeo, Raja Misool dan Raja Waigama. Asal-usul tentang kerajaan-kerajaan Raja Ampat ini terangkum dalam berbagai mitos dan legenda. Menurut informan kehadiran Islam ke Papua dari jalur Raja Ampat datang dari Salawati dibawa dan disebarkan oleh figur-figur yang melakukan penyebaran Islam secara pribadi sambil berdagang, mencari sumber kehidupan yang lebih baik, atau menghindar dari dinamika sosial politik di tanah kelahirannya.

Seorang informan yang bergelar Imam Besar mengatakan bahwa berdasarkan silsilah dan penuturan leluhurnya, Islam datang ke Papua melalui Seram. Senarai menyebarkan agama Islam, sebagian dari mereka menikah dengan penduduk setempat, sehingga melahirkan keturunan campuran Maluku-Papua.

Jejak Peninggalan Islam

Tradisi tulis yang terkait dengan ekspansi Tidore di Papua tidak banyak ditemukan. Akan tetapi, di daerah Sorong, Pulau Doom, Fak-Fak, dan Kokas ditemukan sekitar 60 naskah kuna, satu buah parang dan satu helai bendera yang merupakan bukti tertulis yang berkaitan dengan kehadiran Islam di Papua.

Bukti-bukti tersebut melengkapi informasi sebelumnya bahwa Islam tidak semata-mata datang dari arah Tidore tapi juga dari jalur lain, yaitu pulau Seram atau Tual, Misool, Salawati dan kepulauan lainnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement