Senin 02 Sep 2024 12:26 WIB

Badai Shanshan Mereda Usai Menewaskan Tujuh Orang di Jepang

Risiko bencana masih tinggi karena turunnya permukaan air tanah.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
 Seorang warga berdiri di area pemukiman yang terkena banjir Sungai Kuise yang disebabkan Topan Shanshan di Ogaki, Prefektur Gifu, Jepang, 31 Agustus 2024.
Foto: Kyodo/via REUTERS/FileĀ 
Seorang warga berdiri di area pemukiman yang terkena banjir Sungai Kuise yang disebabkan Topan Shanshan di Ogaki, Prefektur Gifu, Jepang, 31 Agustus 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Badai Siklon Shanshan dilaporkan mulai mereda setelah menewaskan tujuh orang dan menimbulkan kerusakan saat melanda pesisir Pasifik di wilayah Jepang tengah. Badan Meteorologi Jepang (JAM) memperingatkan longsor, banjir dan kenaikan air sungai di barat dan timur Jepang masih dapat terjadi.

JAM mengatakan risiko bencana masih tinggi karena turunnya permukaan air tanah akibat curah hujan tinggi sejak badai itu menghantam pesisir selatan Jepang pada Kamis (29/8/2024). JAM mengatakan kondisi atmosfer yang tidak stabil di pesisir Pasifik di Jepang timur yang disebabkan awan hujan di sekitar topan tropis dan masuknya udara hangat dan lembab dari sistem tekanan tinggi Pasifik menyebabkan hujan lebat dan badai petir.

Baca Juga

Pada Ahad (1/9/2024), perusahaan operator kereta Central Japan Railway mengatakan layanan kereta cepat Shinkansen masih terganggu. Tapi layanan jalur Tokyo-Osaka yang sempat ditangguhkan akan kembali beroperasi.

Kantor berita Kyodo melaporkan satu orang di Fukuoka menjadi korban ketujuh yang tewas dalam peristiwa yang berkaitan dengan Badai Shanshan.  Sebelumnya, topan tersebut merayap ke arah timur, mengguyur banyak daerah-daerah dengan hujan lebat, memicu peringatan tanah longsor dan banjir hingga ratusan kilometer dari pusat badai.