Senin 02 Sep 2024 12:37 WIB

Presiden Jokowi: Komitmen Indonesia tidak Berubah Sejak Konferensi Asia-Afrika 1955

Presiden Joko Widodo menekankan komitmen Indonesia menjadi bagian dari solusi global.

Red: Mas Alamil Huda
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama sejumlah pemimpin negara dalam Welcoming Dinner High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships and Indonesia-Africa Forum II di Bali, Ahad (1/9/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama sejumlah pemimpin negara dalam Welcoming Dinner High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships and Indonesia-Africa Forum II di Bali, Ahad (1/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menekankan komitmen Indonesia menjadi bagian dari solusi global, tidak berubah sejak penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Bandung, Indonesia tahun 1955 silam. Hal itu disampaikan Joko Widodo dalam sambutannya saat membuka sesi Joint Leaders’ Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLP MSP) dan Forum Indonesia-Afrika (IAF) Ke-2 2024 di Bali.

"Indonesia berkomitmen menjadi bagian dari solusi global, membela kepentingan global south sekaligus menjadi bridge builder dalam memperjuangkan kesetaraan, keadilan dan solidaritas dalam mempercepat pencapaian SDGs. Ini adalah komitmen yang konsisten Indonesia usung sejak Konferensi Asia-Afrika 69 tahun yang lalu,” jelas Jokowi, Senin (2/9/2024).

Baca Juga

Dia menekankan, seluruh delegasi yang hadir dalam HLP MSP dan IAF Ke-2, hendak menciptakan perubahan positif di tengah dunia yang penuh dengan tantangan. Di antaranya tantangan terkait perlambatan ekonomi, tingkat pengangguran dan inflasi yang belum membaik maupun ketegangan geopolitik yang terus berlanjut yang telah menimbulkan banyak korban jiwa dan mengganggu rantai pasok global.

Namun yang sangat disayangkan, kata Jokowi, di saat seperti ini solidaritas internasional justru menurun, semangat multilateralisme semakin dikesampingkan dan fragmentasi semakin melebar. “Dan pada akhirnya negara-negara berkembang adalah yang paling terdampak. Jutaan rakyat negara berkembang adalah yang paling merasakan kesulitan,” tegasnya.