Senin 02 Sep 2024 19:31 WIB

Sahabat yang Jadi Sebab Allah Menegur Nabi

Asbabun nuzul Alquran surah Abasa berkaitan dengan sosok Ibnu Ummi Maktum.

ILUSTRASI Makam Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat Nabi dari kalangan difabel netra.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Makam Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat Nabi dari kalangan difabel netra.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Ummi Maktum adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dari Makkah. Ia memiliki keistimewaan. Kedua matanya tidak dapat melihat sejak dirinya masih kanak-kanak. Namun, hal itu tak berarti bahwa mata batinnya buta.

Justru, iman dan Islam memancar dari dalam hatinya. Ibnu Ummi Maktum termasuk orang-orang yang awal menerima dakwah Rasulullah SAW, yakni tatkala beliau masih menyampaikan ajaran secara sembunyi-sembunyi.

Baca Juga

Ibnu Ummi Maktum mencintai Rasulullah melampaui diri dan keluarganya. Demikianlah keadaannya walau dirinya tidak pernah memandang wajah Nabi SAW lantaran kedua matanya yang tak bisa melihat.

Sosok sahabat Nabi ini cukup mengemuka dalam Sirah Nabawiyah (catatan sejarah Rasulullah SAW). Itu utamanya berkaitan dengan sebuah kejadian yang menjadi konteks turunnya (asbabun nuzul) Alquran surah Abasa ayat 1-4.

Menurut Ibnu Katsir, beberapa ahli tafsir Alquran menuturkan peristiwa yang dimaksud sebagai berikut.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang menerima seorang pemuka Quraisy di kediamannya. Cukup lama beliau berbincanng. Tentu, harapannya, tokoh Makkah tersebut bersedia menerima agama Islam.

Kemudian, datanglah Ibnu Ummi Maktum. Mungkin, lantaran difabel netra, dirinya tidak menyadari bahwa Nabi SAW sedang menerima seorang tokoh Quraisy di ruangan ini.

Di dalam ruangan yang sama, Ibnu Ummi Maktum mengucapkan salam dan meminta izin kepada Nabi SAW. Maksud kedatangannya adalah, ingin menanyakan suatu persoalan agama kepada beliau.

Lelaki buta itu tak tahu dengan siapa Rasullulah sedang berbicara, sehingga ia mengajukan pertanyaannya berulang kali.

Sekilas, Rasulullah menampakkan wajah masam di hadapan Ibnu Ummi Maktum dan berpaling darinya untuk meneruskan pembicaraan dengan pemuka Quraisy tersebut. Seketika, kemudian turunlah wahyu Allah melalui Malaikat Jibril kepada beliau.

Itu adalah firman Allah SWT, surah Abasa ayat 1-4. Artinya:

"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa) atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?"

Demikianlah, turunnya ayat itu menegur tindakan Rasulullah SAW yang telah dilakukan beliau walau sesaat.

Maka sejak peristiwa tersebut, Nabi SAW setiap menjumpai Ibnu Ummi Maktum selalu menyambut dan memeluknya dengan hangat.

Asbabun nuzul surah tersebut juga menjadi salah satu bukti, betapa Alquran merupakan Kalamullah, bukan buatan Nabi SAW. Sebab, bagaimana mungkin Alquran memuat teguran kepada "pembuatnya" sendiri?

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement