REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Pembantaian Israel di kamp Nuseirat yang dianggap sebagai operasi pembebasan sandera telah membuat pihak perlawanan Palestina mempunyai cara baru terhadap sandera. Juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaida menegaskan, para pejuang Palestina telah diberi instruksi baru tentang bagaimana “menangani” tawanan jika tentara pendudukan Israel mendekati tempat penahanan mereka di Gaza.
Penemuan enam mayat tawanan, yang diantaranya merupakan tentara Israel-Amerika Hirsch Goldberg-Polin diungkap Tentara Penjajah Israel (IDF). Menurut Abu Ubaida, Perdana Menteri Israel Netanyahu dan tentara penjajah memikul tanggung jawab penuh atas kematian para tawanan.
Mereka dengan sengaja menghalangi kesepakatan pertukaran tawanan demi kepentingan politik, dan dengan sengaja membunuh puluhan tawanan melalui serangan udara langsung.“Kami (mengumumkan keputusan ini) kepada semua orang, dengan jelas dan eksplisit,” kata Abu Ubaida.
“Sudah jelas bahwa desakan Netanyahu untuk membebaskan para tawanan melalui tekanan militer, daripada menegosiasikan kesepakatan, dapat mengakibatkan kembalinya para tawanan ke keluarga mereka dalam peti mati, membuat keluarga harus memilih antara menerima mereka dalam keadaan hidup atau mati,” kata juru bicara tersebut.
Pembantaian berdarah di Nuseirat
Sebuah video yang dirilis pada Ahad oleh Brigade al-Qassam mengonfirmasi laporan sebelumnya bahwa keenam tawanan tersebut seharusnya dibebaskan pada tahap pertama dari kesepakatan pertukaran tawanan yang sedang dibahas selama perundingan gencatan senjata yang dimediasi, yang kemudian disabotase oleh Israel.
Halaman selanjutnya ➡️