REPUBLIKA.CO.ID, AMAZON -- Kekeringan yang memecahkan rekor tahun lalu dan rendahnya curah hujan menyebabkan kedalaman permukaan air sungai di Amazon turun drastis. Kondisi ini menyulitkan kapal tongkang yang membawa komoditas ekspor dan memotong akses masyarakat yang bergantung pada transportasi sungai.
Badan Geologi Brasil (SGB) memperingatkan tinggi kedalaman sungai turun sejak Juni lalu dan semua sungai di lembah Amazon diperkirakan akan turun ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sungai Rio Negro di Kota Manaus turun dari 24 meter menjadi 21 meter di waktu yang sama pada tahun 2023 yang mulai mengkhawatirkan industri di Zona Perdagangan Bebas. Pelaku usaha meminta adanya pengerukan di sungai untuk menghindari gangguan transportasi tahun lalu.
Departemen Infrastruktur Transportasi Brasl (DNIT) mengatakan pengerukan mulai dilakukan di sejumlah titik penting di Sungai Madeira yang hanya dapat dilalui kapal-kapal kedalaman rendah. DNIT mengatakan pengerjaan pengerukan sedang dikontrak untuk sungai utama Amazon dan sungai Solimoes.
Lembaga konsultan ARGUS mengatakan, setelah kekeringan tahun lalu kapal tongkang dilarang menggunakan sejumlah pelabuhan sungai Amazon dan proyeksi tahun ini tampaknya lebih buruk. "Dalam beberapa bulan ke depan hal ini dapat menyebab kargo gandum dan pupuk dialihkan ke Itaqui dan pelabuhan lain di selatan dan tenggara Brasil," kata ARGUS dalam penelitian yang memprediksi kenaikan ongkos pengiriman, Selasa (3/8/2024).
SGB mengatakan kedalaman sungai Madeira di Porto Velho, Negara Bagian Rondonia, yang biasanya 5,3 meter turun dua meter sejak Juli lalu. Sungai itu memiliki dua bendungan pembangkit listrik tenaga hidro, Jirau dan Santo Antonio dan salah satu jalur transportasi utama di utara Brasil.
Masyarakat di seluruh wilayah Amazon mengalami isolasi karena turunnya kedalaman sungai yang juga membuat warga tidak bisa melakukan perjalanan untuk membeli makanan. Penurunan kedalaman sungai juga merusak panen serta menyebabkan ikan-ikan di aliran sungai mati, sehingga merugikan warga pinggir sungai yang matapencahariannya dari menangkap ikan.
"Di kekeringan normal, volume sungai cukup untuk membawa makanan, kapal kecil. Tapi sekarang tidak, sungai mengering dan masyarakat terisolasi," kata Koordinator Penelitian dan Pengembangan Pusat Pemantauan dan Peringatan Bencana Alam Nasional (Cemaden) Jose Marengo.
Curah hujan pada paruh kedua tahun ini diperkirakan lebih tinggi karena fenomena La Nina yang mendinginkan perairan Pasifik dekat ekuator. Hujan seharusnya membawa kelembapan di utara Brasil dan mengerikan cuaca di selatan.
Namun, Marengo mengatakan tahun ini Pasifik tidak sedingin yang diperkirakan. Dengan kombinasi rendahnya curah hujan tahun 2023 akan menimbulkan situasi yang merusak di Amazon.
Marengo mengatakan rendahnya curah hujan di Amazon akan membuat daerah-daerah di selatan kehilangan kelembapan melalui “sungai-sungai terbang” yang membawa uap air yang naik dari hutan tropis ke wilayah sabana di bawah Amazon dan lebih jauh lagi ke selatan Brasil. Sungai-sungai terbang merupakan istilah untuk arus udara lembab yang tidak terlihat.