Selasa 03 Sep 2024 14:45 WIB

Deflasi Beruntun, Ekonom: Ekonomi Tidak Sedang Baik-baik Saja

Pelemahan daya beli sangat memengaruhi tingkat kelas menengah ke bawah.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah warga memadati Pasar Musi, Kota Depok, Jawa Barat, Ahad (16/6/2024). Ekonom mengatakan pelemahan daya beli sangat memengaruhi tingkat kelas menengah ke bawah.
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Sejumlah warga memadati Pasar Musi, Kota Depok, Jawa Barat, Ahad (16/6/2024). Ekonom mengatakan pelemahan daya beli sangat memengaruhi tingkat kelas menengah ke bawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menyoroti besarnya korelasi pelemahan daya beli masyarakat dengan penurunan jumlah kelas menengah. Faisal mengatakan 60 persen penduduk Indonesia merupakan kelas menengah. 

"Jumlah ini bisa semakin besar kalau ditambah dengan kelas menengah ke bawah," ujar Faisal saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (3/9/2024). 

Baca Juga

Faisal menyampaikan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan saat ini sebesar 10 persen dan kelas rentan miskin mencapai 30 persen. Oleh karena itu, lanjut Faisal, pelemahan daya beli sangat memengaruhi tingkat kelas menengah ke bawah. 

"Konsumsi dari kelas menengah mencapai 60 persen dari seluruh nilai konsumsi masyarakat. Jadi ketika kelas menengahnya mengalami penurunan daya beli atau turun kelas menjadi lebih dekat kepada rentan miskin maka otomatis mempengaruhi daya beli domestik secara keseluruhan," ucap Faisal. 

Faisal menyampaikan deflasi empat bulan berturut-turut ini juga memperkuat indikasi terjadi pelemahan daya beli masyarakat. Faisal menilai kondisi ini terbilang tidak lumrah jika disandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen. 

Faisal mengatakan deflasi empat bulan berturut-turut ini hanya pernah terjadi pada masa-masa krisis seperti saat pandemi covid-19. Biasanya, lanjut Faisal, deflasi yang terjadi hanya satu bulan dan kemudian kembali inflasi pada bulan berikutnya. 

"Jadi kalau ini terjadi maka mendekati kondisi krisis yang mana artinya ekonomi itu sebetulnya tidak sedang baik-baik saja," sambung Faisal. 

Faisal mengatakan penurunan daya beli ini dan penurunan jumlah kelas menengah terkait erat dengan menurunnya pertumbuhan pendapatan masyarakat. Hal ini terlihat dari tingkat upah riil sebesar 0,7 persen pada semester pertama.  

"Bahkan di 2023, upah riil itu sempat mengalami kontraksi, penurunan upah ini tidak lepas dari terbatasnya penciptaan lapangan pekerjaan, terutama pekerjaan formal sehingga kalau kita melihat jumlah orang di antara orang yang bekerja ini jumlah orang yang bekerja //full time// itu proporsinya turun, yang meningkat itu jumlah orang yang bekerja //part time// dan setengahnya menganggur," lanjut Faisal. 

Pekerja sektor informal mengalami....

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement