Selasa 03 Sep 2024 16:20 WIB

UI Beri Edukasi Jaga Kelestarian Hutan Bakau di Pahawang

NbS untuk hutan bakau dilakukan melalui beberapa hal.

Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi menanam bakau.
Foto: Republika/Alkhaledi kurnialam
Ilustrasi menanam bakau.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) memberikan edukasi tentang Nature-based Solutions (NbS) di Desa Pahawang, Kabupaten Pesawaran, Lampung, sebagai langkah strategis dalam menjaga kelestarian hutan bakau.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) FMIPA UI oleh Dr. Tito Latif Indra di Kampus UI Depok, Selasa, mengatakan program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang terancam akibat perubahan iklim, abrasi, serta aktivitas antropogenik, seperti penebangan hutan bakau secara ilegal, pembuangan limbah, dan pembangunan cottage untuk pariwisata.

Baca Juga

NbS atau solusi berbasis alam adalah serangkaian tindakan yang memanfaatkan kekuatan alam untuk mengatasi tantangan sosial, lingkungan, dan ekonomi. Dalam konteks ini, NbS diwujudkan melalui penanaman bakau untuk melindungi pantai dari abrasi, melestarikan keanekaragaman hayati, serta meningkatkan keterlibatan dan kesadaran masyarakat dalam upaya konservasi.

Tito mengatakan bahwa implementasi NbS menjadi langkah strategis dalam memitigasi perubahan iklim dan abrasi di Pulau Pahawang.

"Saat ini mangrove sebagai komponen blue carbon ecosystem berperan penting dalam siklus karbon, karena memiliki kapasitas penyerapan karbon yang tinggi dan melindungi wilayah pesisir dari abrasi," katanya.

Untuk itu, edukasi diberikan agar masyarakat sadar akan pentingnya ekosistem mangrove, khususnya dalam mencegah penurunan luas hutan mangrove, serta meningkatkan kualitas dan keberlanjutan ekosistem hutan mangrove di Pulau Pahawang.

NbS untuk hutan bakau dilakukan melalui beberapa hal, antara lain konservasi dan restorasi lahan basah pesisir; pemulihan tambak masyarakat; serta pembangunan penangkap sedimen untuk membentuk jalur hijau sebagai kawasan konservasi.

Dengan terjaganya hutan bakau, warga dapat memanfaatkannya sebagai pelindung pesisir dari banjir dan badai; penjaga infrastruktur dan keamanan ekonomi; habitat bagi lebih dari 25 miliar ikan muda setiap tahunnya; serta pemberi manfaat bagi 37 spesies laut komersial, seperti ikan, kepiting, bivalvia, dan udang.

Selain memberikan edukasi, pada kesempatan tersebut, Tim Pengmas UI bersama warga desa juga mengunjungi lokasi penanaman bakau.

Mereka menanam 50 bibit bakau di daerah pasang surut dengan substrat pasir berlumpur menggunakan alat tanam sederhana, yakni patok bambu dan tali pengikat.

Sekretaris Desa Pahawang Aristama menyampaikan apresiasi atas program ini. Menurut dia, program penanaman bakau sangat penting bagi keberlanjutan pelestarian hutan bakau di desa tersebut.

“Kami membutuhkan banyak kegiatan budi daya tanaman mangrove guna menjaga Pulau Pahawang dari ancaman abrasi. Dengan dukungan dari Tim Pengmas UI, kegiatan ini diharapkan mendorong Pulau Pahawang menjadi contoh sukses pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan dan bermanfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat,” ujarnya.

Tim FMIPA yang terlibat dalam program Literasi Masyarakat dan Penanaman Mangrove sebagai Nature-based Solution ini turun ke lapangan diketuai oleh Dr. Tito Latif Indra (dosen pembimbing lapangan), dengan anggota Muhammad Attorik Falnsky dan Bintang Mahakarya Sembahen (asisten dosen); serta beberapa mahasiswa, yakni Satrio Rifqi Wicaksono, Azzikri, Ramaditya Dhamara Mukri, Damar Daffa Aulia, Ero Alvaro, Muhammad Haikal Mudzaki, Fajar Ramadhan, dan Sthevi Fahdira.

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement