Rabu 04 Sep 2024 14:43 WIB

Muhammadiyah: Azan TV saat Misa Paus Diganti Teks Bentuk Toleransi

Siaran azan di televisi bersifat rekaman.

Red: Muhammad Hafil
Azan (ilustrasi)
Foto: hifatlobrain.net
Azan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah mendukung langkah Kementerian Agama (Kemenag) yang mengimbau stasiun televisi mengganti Azan Maghrib di televisi dengan running text (teks berjalan) saat misa bersama Paus Fransiskus, sebagai bentuk toleransi dan penghormatan.

"Setuju azan di TV diganti dengan running text demi menghormati saudara-saudara kita yang sedang misa," ujar Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Anderyan Noor dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Anderyan mengatakan azan di televisi bersifat rekaman, sehingga tidak masalah. Apalagi azan di masjid tetap berkumandang sebagai ajakan shalat yang sesungguhnya.

Misa yang dipimpin Paus Fransiskus akan dimulai pada Kamis pukul 17.00 WIB hingga 19.00 WIB. Di sela-sela misa ini akan berbarengan dengan masuknya azan Maghrib.

Maka dari itu, azan TV bisa diganti oleh teks berjalan agar ibadah misa tidak terputus, utamanya bagi mereka yang tidak bisa menyaksikan langsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

"Lagian dari 365 hari, masa sehari saja untuk toleransi kita tidak mau menghormati saudara kita untuk beribadah," kata dia.

Menurut dia, kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia harus dirayakan dan dihormati. Selain itu memberikan kesempatan pula kepada umat Katolik untuk menikmati proses ibadah secara langsung.

"Sangat jarang Paus datang ke Indonesia, biarkan saudara-saudara kita menikmati proses ibadah tersebut. Kita kaum Muslim sementara bisa menyiapkan pengingat azan melalui media lain seperti HP dan mushola/masjid di sekitar tempat tinggal kita," kata dia.

Sebelumnya PBNU dan MUI mengatakan hal serupa. Mereka tidak mempermasalahkan azan di TV diganti teks berjalan saat misa bersama Paus Fransiskus.

Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Ni'am Sholeh bahkan mengatakan bahwa penggantian tayangan Azan Maghrib di TV tidak melanggar syariat Islam.

"Sebenarnya dari aspek syar’i, tidak ada yang dilanggar. Dan itu bagian dari solusi. Isunya bukan meniadakan azan. Hal itu untuk kepentingan siaran live misa yang diikuti jamaat Kristiani yang tidak dapat ikut ibadah di GBK," kata dia.

Bahkan dia mencontohkan hal sederhana seperti saat tayangan sepak bola secara langsung. Apabila waktunya berbarengan dengan azan, maka azannya juga akan diganti dengan teks berjalan. "Tidak ada masalah, ini soal kearifan lokal saja," kata Ni’am.

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement