Rabu 04 Sep 2024 20:45 WIB

Doa Komplet dalam Surat Al-Baqarah untuk Meraih Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan di akhirat kelak

Ilustrasi doa. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan di akhirat kelak
Foto: undefined
Ilustrasi doa. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan di akhirat kelak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Orang yang beriman adalah orang yang memohon kebaikan di dunia dan akhirat, sebagaimana yang termaktub pada surat Al-Baqarah ayat 201:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Baca Juga

"Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."

Menurut Al-Jazairi (Aysar At-Tafasir 1/143), yang dimaksud dengan kebaikan dunia adalah segala hal yang menyenangkan dan tidak menimbulkan mudarat.

Adapun yang dimaksud kebaikan akhirat adalah selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga.

Doa komplet yang diajarkan Allah SWT kepada kita itu mengandung makna bahwa kebaikan hakiki adalah kebaikan di akhirat.

Betapa tidak? Bila doa itu diucapkan dengan keyakinan yang benar maka dia akan memengaruhi tindakan kita sehari-hari.

Apabila kita menginginkan istri yang salehah maka kita takkan membiarkan diri kita terseret aliran permisivisme dalam pergaulan dengan lawan jenis.

Apabila kita menghendaki rezeki yang halal maka kita tak mungkin berani melakukan korupsi. Apabila kita ingin selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga, takkan ada waktu bagi kita untuk melakukan maksiat atau melanggar aturan Allah, sebab itu bertentangan dengan kejiwaan doa kita.

Banyak manusia yang menghabiskan waktunya untuk mencari dunia. Mereka hanya meminta dunia kepada Allah SWT tanpa memedulikan keadaan akhiratnya.

Benak mereka hanya berisi keinginan duniawi, tak ada tempat untuk memikirkan akhirat. Mereka mengisi hidupnya untuk bekerja ekstrakeras, siang-malam, hanya untuk menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya tanpa mau menunaikan zakat dan sedekah sebagai hak dari hartanya.

Mereka mengira harta itu akan menjadikan dirinya kekal, padahal realitanya tidaklah demikian. Allah berfirman dalam surat Al-Humazah [104]: 1-4:

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ ٱلَّذِى جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ كَلَّا لَيُنبَذَنَّ فِى ٱلْحُطَمَةِ

''Celakalah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira harta itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam neraka Huthamah.''

 

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement