Kamis 05 Sep 2024 11:30 WIB

Badan Pengawas Nuklir PBB Terus Pantau PLTN Ukraina

Serangan Rusia merusak fasilitas akses listrik Zaporizhzhia.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
IAEA menyatakan akan terus memantau kondisi PLTN Zaporizhzhia
Foto: AP
IAEA menyatakan akan terus memantau kondisi PLTN Zaporizhzhia

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi menggambarkan situasi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang sangat rentan setelah serangan terbaru di dekatnya di Ukraina tengah. Ia berjanji untuk memperluas inspeksi IAEA dengan memasukan pasokan listrik penting.

Grossi melakukan kunjungan ke-10 ke Ukraina sejak perang Rusia-Ukraina dimulai pada Februari 2022 lalu. Ia sedang menuju Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia setelah berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan pejabat-pejabat tinggi energi Ukraina di Kiev.

"Saya pikir situasinya, seperti sudah sering saya sampaikan, sangat rentan, pembangkit listrik itu lagi-lagi berada di ambang pemadaman, kami sudah melihatnya delapan kali di masa lalu, pemadaman (artinya) tidak ada listrik: tidak ada listrik, tidak pendingin, tidak ada pendingin, maka anda akan mengalami bencana," kata Grossi, Rabu (5/9/2024).

Sebelumnya di media sosial X, Grossi mengatakan ia sedang dalam perjalanan menuju Zaporizhzhia untuk membantu mencegah bencana nuklir. Pembangkit listrik itu dikuasai Rusia di awal perang.

Menurut operator PLTN itu, Energoatom, tembakan pada Senin (2/9/2024) merusak fasilitas akses listrik Zaporizhzhia. Energoatom mengatakan serangan tersebut dilakukan Rusia.

"Tembakan Rusia merusak salah satu dari dua saluran udara internal yang digunakan PLTN Zaporizhzhya untuk menerima listrik dari sistem listrik Ukraina," kata Energoatom dalam pernyataannya di Telegram. "Jika terjadi kerusakan pada saluran kedua, situasi darurat akan muncul," tambah Energoatom.

Perusahaan itu menembahkan teknisi tidak dapat mengakses lokasi yang rusak karena ancaman nyata tembakan beruntun. Pengamat mengatakan ledakan di PTLN Zaporizhzhia dapat menghasilkan radiasi dan kepanikan.

Namun risiko radiasi dari ledakannya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan skala bencana Chernobyl pada tahun 1986. Selain itu bila angin bertiup ke arah timur, radiasi dapat terdorong ke arah Rusia.  

Wilayah Zaporizhzhia adalah salah satu dari empat wilayah - bersama dengan Donetsk, Kherson, dan Luhansk di Ukraina selatan dan timur yang sebagian dianeksasi oleh Rusia pada September 2022, tujuh bulan setelah Rusia menginvasi negara tetangganya.

IAEA yang berbasis di Wina mengatakan serangan yang sedang berlangsung di daerah Zaporizhzhia, serta kerusakan pada jaringan listrik Ukraina, menimbulkan ancaman terhadap pasokan listrik yang sangat penting bagi pembangkit listrik tenaga nuklir negara tersebut.

Badan pengawas tersebut mengatakan baru-baru ini stafnya di Zaporizhzhia harus berlindung di dalam ruangan karena adanya ancaman drone di daerah tersebut. Selain Zaporizhzhya, Ukraina memiliki tiga pembangkit listrik tenaga nuklir yang masih aktif.

Grossi melakukan perjalanan dengan tim ahli dan pejabat IAEA. Ia memulai kunjungannya dengan melakukan pertemuan di Kementerian Energi dan melakukan pembicaraan dengan Menteri Energi Herman Halushchenko di Kiev.

Grossi mengatakan ia menerima permintaan Ukraina untuk memperluas inspeksi dengan memasukkan gardu-gardu listrik yang menyediakan daya untuk pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina. Ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

“Ini adalah dimensi baru, dimensi yang penting, saya harap, dari dukungan kami di sini, yang baru saja kami diskusikan dan setujui dengan Presiden Zelenskyy,” katanya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement