Kamis 05 Sep 2024 13:36 WIB

Ibnu Arabi: Kesederhanaan, Sebagian dari Iman

Perilaku sederhana dapat menghilangkan sifat sombong.

 Ilustrasi berdoa. Kesederhanaan itu bagian dari iman.
Foto: Republika.co.id
Ilustrasi berdoa. Kesederhanaan itu bagian dari iman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Muhammad bin ‘Arabi al-Tha’i al-Hatimi atau Syaikh al-Akbar Muhyiddin bin Arabi merupakan seorang ulama-sufi dari Andalusia abad ke-13. Ia lebih populer dengan sebutan Ibnu Arabi.

Dalam buku Nashaih Al-Syaikh Al-Akbar Ibn 'Arabi, terkandung berbagai nasihatnya. Di antaranya berkaitan dengan pentingnya kesederhanaan. Bahkan, Ibnu Arabi menegaskan sikap itu sebagai bagian dari iman.

Baca Juga

"Pakailah selalu kesederhanaan karena kesederhanaan adalah sebagian dari iman. Sederhana artinya tidak bermewah-mewahan dalam hal duniawi. Dalam hadits disebutkan, 'Pakailah yang kasar-kasar saja.'

Sederhana adalah sifat orang yang sedang menunaikan ibadah haji, (sederhana) sifat orang-orang di hari Kiamat karena mereka kusut, lusuh, tidak beralas kaki dan telanjang."

"Kesederhanaan bisa menghilangkan sifat sombong, menjauhkan dari sifat bangga diri, congkak, dan pujian hampa terhadap diri sendiri. Tentunya sifat-sifat (sombong, bangga diri, congkak dan sejenisnya) ini adalah kerikil di jalan menuju kebahagiaan orang Mukmin.

Kerikil-kerikil tersebut tidak dapat disingkirkan kecuali dengan kesederhanaan. Karena itulah, Nabi Muhammad SAW menempatkan kesederhanaan sebagai bagian dari iman."

Demikian nasihat Syekh Akbar Muhyiddin alias Ibnu Arabi terkait kesederhanaan sebagian dari iman. Sifat sombong dan sejenisnya hanya bisa disingkirkan dengan kesederhanaan.

Ibnu Arabi juga menyampaikan petuah agar Muslimin jangan berbuat zalim terhadap sesama makhluk ciptaan Allah. Dalam nasihatnya, ia menjelaskan bahwa zalim adalah kegelapan pada hari Kiamat.

"Waspadalah jangan sampai kamu menzalimi sesama. Sebab, kezaliman (zhulm) adalah kegelapan (zhulm) pada hari Kiamat. Menzalimi sesama artinya kamu mengabaikam hak-hak mereka yang Allah telah mewajibkan untuk kamu tunaikan. Sama sekali jangan pernah menghina pengemis. Sebab, orang yang lapar itu mencari makanan sebagaimana orang yang sesat mencari petunjuk (hidayah)."

Ini selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ اُولٰۤىِٕكَ يُعْرَضُوْنَ عَلٰى رَبِّهِمْ وَيَقُوْلُ الْاَشْهَادُ هٰٓؤُلَاۤءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلٰى رَبِّهِمْۚ اَلَا لَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ ۙ

"Ketahuilah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang zalim" (QS Hud: 18).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement