Kamis 05 Sep 2024 14:16 WIB

Hati-Hati dengan Nikmat yang Memperdaya, Ini Penjelasan Hadits

Banyak yang tak menyadari nikmat adalah titipan Allah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Nikmat Sehat (ilustrasi).
Foto: picryl
Nikmat Sehat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di dunia modern saat ini banyak orang yang mungkin tertipu oleh berbagai nikmat yang Allah berikan. Dalam konteks modern, nikmat-nikmat ini bisa berupa kesehatan, teknologi, kekayaan, kesuksesan, atau bahkan popularitas. Sayangnya, tidak sedikit yang menjadi lalai atau tidak menyadari bahwa semua itu hanyalah titipan dari Allah dan bisa kapan saja diambil kembali.

Salah satu hadis yang membahas tentang nikmat yang memperdaya adalah hadis tentang dua nikmat yang sering dilalaikan. 

Baca Juga

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Muhammad SAW bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: "Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dengannya: nikmat kesehatan dan waktu luang." (HR Bukhari). 

Hadis ini mengingatkan bahwa kesehatan dan waktu luang adalah dua nikmat yang sering kali tidak disadari atau tidak dimanfaatkan dengan baik oleh kebanyakan orang. Banyak orang yang menyia-nyiakan kesehatan dan waktu luang, baru menyadarinya setelah hilang atau tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Pesan dari hadis ini adalah pentingnya mensyukuri dan memanfaatkan sebaik mungkin nikmat-nikmat tersebut, karena kita tidak tahu sampai kapan nikmat itu akan bertahan.

Sementara, dalam buku Oase Iman karya Abdul Hamid Al-Bilali, Ibnu Baththal menjelaskan, makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidak akan berada dalam waktu luang sampai ia tercukupi dan badannya sehat. Maka, barang siapa yang mendapatkan hal itu hendaknya bersemangat agar tidak rugi dengan meninggalkan syukur atas nikmat yang diberikan kepadanya, dan di antara bentuk syukur kepada Allah adalah dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

“Barang siapa yang lalai atas hal itu, maka ia merugi,” jelas Ibnu Baththal.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement