REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Konsekuensi dari Operasi Badai Al-Aqsa bagi Israel dan ekonominya masih terus berlangsung, dan kepercayaan diri akan keamanan serta rasa superioritas yang menghilang pada pagi hari tanggal 7 Oktober mungkin akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali, jika memang akan kembali.
Dikutip dari Mu'syirul Hijrah Ila Israel 'Alaihi Ma 'Alaihi, yang ditulis Adnan Abdul Rozaq dipublikasikan Alaraby.co.uk dijelaskan bahwa ketidakmampuan dinas keamanan Israel yang seharusnya tidak dapat ditembus terungkap sebagai kepalsuan pada Oktober lalu, dan banyak perusahaan bereaksi dengan menarik modal mereka dari negara yang pada dasarnya akan tetap tidak stabil selama pendudukan ilegal terus berlanjut.
Selain itu, sekitar setengah juta warga Israel, orang-orang Yahudi yang dikumpulkan dari seluruh dunia dengan janji-janji stabilitas, kemakmuran, dan “Tanah yang Dijanjikan”, telah melarikan diri, merusak arus masuk migran yang dibutuhkan oleh negara penjajah untuk bertahan hidup.
Pemerintah Israel sadar akan bahaya migrasi balik, setelah memalsukan sejarah dan menggoda orang-orang Yahudi untuk melakukan “Aliyah” selama 70 tahun terakhir dengan menawarkan rumah, pekerjaan, dan bantuan keuangan.