Jumat 06 Sep 2024 17:45 WIB

Pohon Misterius di Malang Mampu Hasilkan Buah Penangkal Hipertensi

Berton-ton buah loa hanya menjadi timbunan sampah membusuk di Kabupaten Malang.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pohon Loa
Foto: Ist
Pohon Loa

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Sekumpulan pohon misterius yang tumbuh di Malang, Jawa Timur ternyata memiliki khasiat luar biasa melawan hipertensi. Hal ini terungkap pada penelitian yang dilakukan oleh siswa MAN 2 Kota Malang, yang diwujudkan dalam karya ilmiah berjudul "Analisis Aktivitas Antioksidan Senyawa Buah Loa Petirtaan watugede Sebagai Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor Berbasis Molecular Docking".

Di situs Petirtaan Watugede, yang terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tumbuh banyak sekali pohon tradisional langka yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan pohon Loa. Pohon kayu setinggi 10 meter ini memiliki buah bulat bergerombol yang berwarna hijau dan berubah menjadi merah bila sudah matang.

Baca Juga

Rasanya cukup hambar, kurang enak dimakan dan agak sulit diolah. Untuk itu berton-ton buah Loa hanya menjadi timbunan sampah membusuk yang di Kabupaten Malang. Hal ini menggerakka dua siswa MAN 2 Kota Malang bernama Gaea Alexa Sulthana (16) dan Bylqhiz Ghanisah Bustomi (16) untuk menelitinya.

Hasil penelitiannya dipamerkan dalam Expo Myres (Madrasah Young Researcher Supechamp) 2024 yang dihelat di Hotel Bela, Ternate, 3-7 September 2024. Gelaran Myres adalah agenda tahunan Kementerian Agama, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang disandingkan dengan Kompetisi Sains Madrasah (KSM). Rangkaian acara KSM-Myres digelar di tiga venue berbeda di Ternate, yaitu Hotel Bela, UIN Ternate, dan Asrama Haji Ternate.

Selama satu bulan riset, ditemukan ternyata buah ini cukup ampuh menangkal radikal bebas penyebab hipertensi. Salah satu peneliti, Gaea Alexa Sulthana menjelaskan, dalam serangkaian uji laboratorium ditemukan bahwa ekstrak buah Loa dapat berperan sebagai Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor. Artinya, ekstrak Loa secara efektif cukup baik menghambat enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon angiotensin II. 

Hormon itulah yang dituding biang keladi penyempitan pembuluh darah sehingga memici naiknya tensi darah. "Ini membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh," ujar siswi kelas XI MIPA 8 ini dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (6/9/2024).

Mekanisme ACE Inhibitor sudah lama dikenal dalam ilmu medik. Enzim yang dihasilkan dalam mekanisme ACE Inhibitor ini dapat pula membantu mencegah atau mengatasi kerusakan ginjal dengan cara mengurangi tekanan di pembuluh darah ginjal. Penelitian ini menggunakan juga teknik molecular docking, yaitu teknik komputasi yang digunakan untuk memprediksi interaksi antara dua atau lebih molekul, sehingga dapat dipakai untuk mendesain obat. 

Ide penelitian ini, lanjut Gaea Alexa Sulthana, bermula dari fakta terbuangnya banyak sekali buah Loa yang jatuh tanpa manfaat. "Kemudian kita coba teliti kandungannya serta manfaat yang dapat dipakai dari sifat kimiawi buah ini," katanya.

Hasil akhir dari penelitian ini adalah, buah Loa (ficus facemosa) memiliki kandungan antioksidan tinggi dari jenis triterpenoid, fenolik, flavonoid, alkaloid, tannin, dan saponin yang mampu menangkal radikal bebas biang keladi hipertensi. 

Dalam buah Loa, seluruhnya ada 12 senyawa yang secara efektif menggempur pengapuran pembuluh darah. Menurut hasil lab, ekstrak metanol Loa memiliki nilai IC50 sebesar 69,05 µg/ml, yang tergolong kuat menangkal radikal bebas.

Sifat-sifat buah Loa dinilai sangat cocok dengan kebutuhan medis di Indonesia, di mana hipertensi masih menjadi silent killer utama di negeri ini. Prevalensi penderita darah tinggi di Indonesia mencapai 63 juta orang, yang diperkirakan meningkat hingga 29 persen pada 2025.

Guru pembimbing penelitian ini, Wila Azaria mengatakan, temuan ini baru menjadi konsep, belum diracik sebagai produk yang siap pakai. Namun temuan siswa MAN 2 Kota Malang ini telah mengantongi Surat Pencatatan Penciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM RI. "Untuk dapat menjadi obat yang siap dikonsumsi masih memerlukan proses lanjutan," jelas Wila.

Menurut dia, masih harus dicoba ditambahkan pelarut untuk menghasilkan karakteristik yang lebih baik. Kemudian masih perlu pengujian high performance liquid chromatography (HPLC) dan tentu saja pengujian in vivo, yaitu pengujian yang dilakukan pada organisme hidup, seperti hewan atau manusia.

Bila hal-hal seperti ini dapat menjadi produk, maka akan mendatangkan manfaat ekonomi yang luar biasa. Pada saat dunia medik di dunia membutuhkan banyak bahan mentah dari negara-negara tropis, Indonesia malah memiliki banyak sumber daya terbuang-buang. Di Kabupaten Malang yang berdataran tinggi terdapat berhektar-hektar pohon Loa, khususnya di daerah-daerah basah. 

"Selama ini masyakarat tidak tahu untuk apa, dan dunia Industri tidak meliriknya sebagai aset ekonomi bernilai tinggi," ucap Wila.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement