Sabtu 07 Sep 2024 14:03 WIB

Masjid Al Bidya, Masjid Tertua UEA Berusia Enam Abad

Masjid Al Bidya, juga dikenal sebagai Masjid Ottoman.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Masjid Al Bidya
Foto: Natuonal News
Masjid Al Bidya

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masjid Al Bidya merupakan masjid terbua di Uni Emirat Arab (UEA). Masjid ini berada di pantai Al Bidya, 30 kilometer di utara pusat Fujairah. Masjid ini sudah 600 tahun lamanya menyambut jamaah yang akan melaksanakan sholat.

Masjid Al Bidya, juga dikenal sebagai Masjid Ottoman, dibangun sekitar tahun 1446 M dan terletak di lereng bukit di depan benteng Portugis yang dibangun lebih dari 200 tahun yang lalu.

Baca Juga

Meskipun sebagian besar situs kuno di UEA telah ditemukan melalui upaya arkeologi, situs bersejarah ini tetap digunakan secara rutin. Selama beberapa waktu, penduduk desa-desa terdekat seperti Al Fai, Al Jubail, Haqeel, Twai bin Saada, Al Hara, dan Al Telae semuanya menghadiri sholat Jumat pada waktu yang sama.

Dilansir Thenasitionalnews, Sabtu (7/9/2024), struktur bangunan masjid ini sederhana, tidak dihiasi secara rumit tetapi terbuat dari batu lokal, bata lumpur, jerami dan dilapisi dengan plester bercat putih.

Kubah Masjid Al Bidya dibangun dalam lapisan-lapisan seperti cakram yang menanjak. Empat kubah yang ukurannya tidak sama, berdesakan satu sama lain, sehingga masjid ini tampak unik. 

Kubah-kubah ini dibangun dalam lapisan-lapisan seperti cakram yang menanjak dengan beberapa kubah yang bertumpuk satu di atas yang lain. Satu kubah membentuk dasar sementara dua kubah yang lebih kecil dimahkotai dengan kubah yang lebih kecil lagi.

Keempat kubah tersebut ditopang oleh satu pilar utama, yang membentuk fondasi bangunan dengan teknik rekayasa yang unik. Pilar tersebut juga menjadi fitur utama interior. Meskipun bangunannya berbentuk persegi (6,8 x 6,8 meter), bentuknya tidak beraturan dan, mengingat tepi bangunan yang melengkung lembut, tampak agak jongkok.

 Ciri khas Masjid Al Bidya yang paling mencolok adalah tidak adanya menara, yang tidak biasa untuk sebuah masjid. Di bagian dalam, masjid ini juga didesain sederhana dengan ukiran bergigi yang dekoratif dan bukaan kecil untuk memungkinkan cahaya dan udara masuk. Beberapa relung telah diukir di dinding untuk menempatkan lampu penerangan.

Mihrab di masjid – ceruk di dinding masjid yang menunjukkan arah kiblat, yang menjadi tempat umat Islam menghadap saat sholat – tingginya 180 sentimetwr dan lebarnya 90 sentimeter. Bentuknya persegi dan terdiri dari tiga anak tangga.

Meskipun memiliki nilai sejarah penting di UEA, kisah Masjid Al Bidya diselimuti misteri. Tidak jelas siapa yang membangunnya dan kapan tepatnya. Sebuah penyelidikan oleh Pusat Arkeologi Fujairah dan Universitas Sydney sekitar tahun 1997 memperkirakan masjid itu mungkin dibangun pada tahun 1446, bersama dengan dua menara pengawas di dekatnya.

Akan tetapi, karena strukturnya tidak mengandung kayu, sehingga penanggalan karbon mustahil dilakukan. Tanggal asal-usulnya akhirnya masih diperdebatkan. 

Satu hal yang diketahui pasti adalah bahwa orang Portugis yang membangun benteng di belakangnya sekitar abad ke-16 menyertakan gambar masjid dalam dokumen.

Meski usia dan desainnya langka di UEA, ada masjid serupa di wilayah tersebut yang dibangun sekitar waktu yang sama di Oman, Qatar, dan Yaman. Akan tetapi, terdapat perbedaan gaya mengenai jumlah kubah. Sementara Masjid Al Bidya memiliki empat kubah, masjid lainnya memiliki antara tujuh dan 12 kubah. 

Namun, masjid-masjid tersebut memiliki lebih banyak kesamaan, karena memiliki desain yang sama, yaitu sama-sama memiliki pilar utama. Masjid Al Bidya sampai saat ini tetap menjadi tempat sholat umat Islam dan juga terbuka untuk wisatawan, dengan tur yang tersedia berdasarkan permintaan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement