REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menekankan pentingnya investasi pada energi bersih sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Hal itu disampaikan saat dia berbicara di Indonesia International Sustainability Forum (IISF).
"Energi terbarukan adalah energi masa depan. Energi bukan semata menjadi komoditas, namun menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Dunia berlomba-lomba beralih ke ekonomi rendah karbon dan Indonesia ingin menjadi itu," kata Retno seperti dalam keterangan yang diterbitkan Kemlu RI, Sabtu (7/9/2024).
Dia menambahkan, Indonesia terus menggunakan diplomasi untuk mendorong kerja sama global guna mencapai SDGs dan menjalankan Paris Agreement. "Dengan adanya perubahan ekonomi global, diplomasi memiliki peran penting dalam mewujudkan masa depan berkelanjutan," ucapnya.
Menurut Retno, ada tiga prioritas utama yang harus dipenuhi untuk masa depan berkelanjutan. Pertama melakukan investasi dan membangun energi hijau. Menlu menyebut, hal tersebut membutuhkan teknologi dan pendanaan signifikan. Termasuk Just Energy Transition Partnership (JETP), yang diluncurkan Indonesia saat Presidensi G20 pada 2022, dan Asia Zero Emmision Community (AZEC) di mana Indonesia menjadi salah satu pemrakarsa.
"Dari semua inisiatif tersebut, pesan Indonesia sangat jelas. Kita harus memastikan bahwa teknologi hijau menjadi barang publik. Saya berharap melalui IISF, kita dapat bekerja sama erat dengan sektor swasta dalam rangka memastikan investasi untuk pengembangan teknologi hijau yang terjangkau," ucap Retno.
Prioritas kedua adalah memanfaatkan potensi besar ekonomi biru. Menurut perkiraan, ekonomi biru dapat menghasilkan lebih dari 1,5 triliun dolar AS dan membuka sekitar 30 juta lapangan kerja per tahun. Indonesia telah meluncurkan Blue Economy Roadmap 2023-2045 yang bertujuan mengembangkan sektor-sektor utama seperti akuakultur dan industri hilir perikanan.
Menlu Retno mengatakan, prioritas ketiga adalah penyerapan karbon. Dia mengungkapkan, Indonesia memiliki kapasitas untuk menyerap emisi dalam jumlah besar. "Dengan tingkat deforestasi terendah dalam 20 tahun terakhir, dapat dipastikan Indonesia sudah berada di jalur yang benar," ujarnya.
IISF 2024 diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) pada 5-6 September 2024. Kegiatan tersebut dihadiri ribuan orang dari kalangan pemerintahan, swasta, filantropi, pakar, akademisi, dan NGO. IISF menjadi platform bagi pemangku kepentingan dalam berkolaborasi dan bertukar pengalaman dalam mendukung dekarbonisasi serta mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan.