Selasa 10 Sep 2024 15:10 WIB

Ramai Soal Susu Ikan, Pakar Gizi Sebut Lebih Baik Makan Ikan Secara Langsung

Istilah susu ikan merujuk pada produk alternatif minuman dari pengolahan ikan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Susu ikan (ilustrasi). Konsumsi ikan secara langsung dinilai lebih baik dan sehat dibandingkan susu ikan.
Foto: Pxhere
Susu ikan (ilustrasi). Konsumsi ikan secara langsung dinilai lebih baik dan sehat dibandingkan susu ikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Istilah susu ikan belakangan ini ramai diperbincangkan, setelah Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo-Gibran akan menjadikannya sebagai alternatif pengganti susu sapi untuk memenuhi target program makan gratis. Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Hardinsyah, menjelaskan bahwa ikan tidak perlu diubah menjadi produk minuman untuk mendapatkan gizi yang optimal.

Konsumsi ikan secara langsung dinilai lebih baik dan sehat, dibandingkan dengan mengonsumsi produk turunan ikan yang dibuat melalui proses pabrikasi seperti “susu ikan”. “Jadi kalau tujuan utamanya adalah memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, mengonsumsi ikan dalam bentuk asli sudah lebih dari cukup. Lagi pula ikan itu kan lebih enak kalau dimakan pakai sambal, kalau dibuat minuman akan terasa amis juga, ya walaupun mungkin ada teknologi untuk membuatnya tidak amis,” kata Hardinsyah saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (10/9/2024).

Baca Juga

Ia pun mengkritisi istilah susu ikan yang dinilai kurang tepat. Hardinsyah menjelaskan bahwa ikan bukanlah hewan mamalia dan tidak memiliki kelenjar payudara sehingga tidak menghasilkan susu seperti halnya sapi atau kambing.

Menurut Hardinsyah, istilah susu ikan merujuk pada sebuah produk alternatif minuman yang berasal dari proses pengolahan ikan. Karena itulah menurut dia, lebih tepat jika produk alternatif minuman itu disebut sebagai “sari ikan”, bukan susu ikan.

“Ini mirip seperti susu kedelai, dan susu almond. Banyak orang menyebutnya sebagai susu, padahal yang tepat menurut saya itu disebut sari kedelai atau sari almond saja. Karena memang prosesnya dibuat dari saripati kedelai atau almond,” kata dia.

Dalam konteks gizi, Hardinsyah menjelaskan bahwa protein dan mineral dalam ikan kemungkinan tidak berkurang signifikan jika diolah menjadi produk minuman. Namun, vitamin B kompleks seperti B6 dan B12 yang terkandung dalam ikan, dapat berkurang karena melalui proses pemanasan selama pembuatan produk tersebut.

“Kalau kita berharap ingin mendapatkan protein, atau mineral-mineral, kemungkinan tidak akan berubah. Namun di ikan juga terkandung vitamin B kompleks, ada B6, B12, yang sangat penting, dan itu pasti akan terganggu dan berkurang kalau kena proses yang panas,” kata Hardinsyah.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement