Rabu 11 Sep 2024 14:41 WIB

Rutinitas Imam Bukhari: Shalat Sunah sebelum Tulis Hadis Nabi

Imam Bukhari sangat hati-hati dalam menyusun kitab yang menghimpun hadis-hadis sahih.

Red: Hasanul Rizqa
Menara Masjid Imam Bukhari di Madinah, Arab Saudi.
Foto: Karta/Republika
Menara Masjid Imam Bukhari di Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Imam Bukhari memang tak lagi asing dalam studi Islam. Dia merupakan pengarang kitab hadis fenomenal yaitu Al-Jami’ as-Shahih atau yang biasa disebut Shahih Bukhari. Dalam penyusunan kitabnya tersebut, ulama dari Asia tengah ini mempraktikkan kaidah penelitian ilmiah yang bahkan terbilang rigid untuk ukuran zaman modern kini. Dengan demikian, hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Arief Hidayat dalam Al-Islam: Studi Hadis Tarbawi, Imam Bukhari merupakan ulama independen yang berotoritas keilmuan terkemuka, sehingga dihormati lintas kalangan. Penyusunan Shahih Bukhari dilakukannya secara amat hati-hati.

Baca Juga

Seperti dikenang salah seorang muridnya, al-Firbari, Imam Bukhari suatu ketika menceritakan ihwal mula-mula penulisan karya fenomenalnya itu, “Saya menyusun kitab Al-Jami’ as-Shahih ini di Masjid al-Haram, Makkah. Dan saya tidak mencantumkan sebuah hadis pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat, memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadis itu benar-benar sahih.”

Kemudian, masih di Tanah Suci, Imam Bukhari mulai menulis mukadimah dan pokok-pokok bahasan Shahih Bukhari ketika ia berada di Raudatul Jannah, yakni tempat antara makam Rasulullah SAW dan mimbar Masjid Nabawi.