Kamis 12 Sep 2024 15:05 WIB

Hamas Tegaskan tak Ada Kesepakatan dengan Israel tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu dikritik karena tidak punya rencana pascagenosida.

Red: Ani Nursalikah
Tank Mesir bersiaga  dekat perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza, di Rafah, Mesir, Senin (9/9/2024). Bantuan untuk warga Pelestina tertahan di perbatasan Rafah di sisi Mesir, menunggu untuk memasuki Jalur Gaza
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Tank Mesir bersiaga dekat perbatasan Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza, di Rafah, Mesir, Senin (9/9/2024). Bantuan untuk warga Pelestina tertahan di perbatasan Rafah di sisi Mesir, menunggu untuk memasuki Jalur Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok perjuangan Palestina, Hamas dan Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP), pada Rabu (11/9/2024) menyatakan tidak akan menjalin kesepakatan dengan Israel kecuali ada gencatan senjata dan penarikan pasukan Israel secara penuh dari Jalur Gaza.

“Situasi di Jalur Gaza setelah perang (ketika berakhir) adalah urusan murni Palestina. Setiap kekuatan, dari mana pun asalnya, yang bertindak di luar konsensus nasional akan diperlakukan sebagai kekuasaan pendudukan,” kata kedua kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Dalam beberapa bulan terakhir, beberapa negara yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) telah berulang kali meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengajukan rencana terkait Gaza setelah perang berakhir.

Sementara itu, oposisi Israel mengkritik Netanyahu karena dianggap memulai genosida tanpa rencana pascaperang.  Kalangan penentang itu juga menolak segala bentuk pemerintahan militer di Gaza atas anggapan berpotensi menimbulkan kerugian berat.