Jumat 13 Sep 2024 09:19 WIB

Pegiat Halal Ini Ceritakan 'Sulitnya' Cari Makanan Halal di Negara Minoritas Muslim

Makanan berlabel 'no pork no lard' dinilai belum tentu halal.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan halal (ilustrasi). Muslim sering kali menghadapi tantangan dalam memilih makanan halal ketika bepergian ke negara minoritas Islam.
Foto: MGROL100
Makanan halal (ilustrasi). Muslim sering kali menghadapi tantangan dalam memilih makanan halal ketika bepergian ke negara minoritas Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Melancong ke negara-negara minoritas Muslim sering kali menghadapi tantangan dalam memilih makanan halal. Meskipun tampaknya mudah untuk memilih makanan yang tidak mengandung babi, ada banyak aspek lain yang perlu diperhatikan untuk memastikan makanan tersebut benar-benar halal.

Pegiat halal, Anca Syah, mengatakan label "no pork no lard" tidak cukup untuk memastikan kehalalan makanan atau minuman. Di Jepang misalnya, banyak orang yang menganggap sushi sebagai pilihan aman karena tidak mengandung daging babi. Namun, cuka beras yang digunakan dalam pembuatan sushi bisa menjadi masalah.

Baca Juga

“Sebagian cuka beras itu kan mengandung alkohol dalam proses pembuatannya. Jadi tidak semua sushi di Jepang juga halal. Aku juga pas ke Tokyo memang susah sekali ya nemu restoran sushi halal,” kata Anca dalam sebuah talkshow terkait isu halal di Mall Kota Kasablanka, Rabu (11/9/2024).

Di sisi lain, meskipun sudah mulai bermunculan restoran halal di Jepang, namun mereka sering kali mematok harga lebih mahal dibandingkan dengan restoran non-halal. Misalnya, kata Anca, ramen non-halal di Jepang ada yang mematok harga Rp 50 ribuan, sementara ramen halal di Jepang bisa lebih dari Rp 150 ribu.