Jumat 13 Sep 2024 15:28 WIB

Inflasi AS Turun ke Level Terendah dalam 3,5 Tahun Terakhir 

Tingkat inflasi tahunan AS pada Agustus mencapai 2,5 persen.

Rep: Eva Rianti   / Red: Gita Amanda
Inflasi Amerika Serikat (AS) mereda dan mencapai level terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir. (ilustrasi)
Foto: VOA
Inflasi Amerika Serikat (AS) mereda dan mencapai level terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inflasi Amerika Serikat (AS) mereda dan mencapai level terendah dalam lebih dari tiga tahun terakhir. Kondisi itu meningkatkan keyakinan bahwa bank sentral AS akan segera memangkas suku bunganya pada FOMC bulan ini. 

Mengutip dari BBC News, tingkat inflasi tahunan AS pada Agustus mencapai 2,5 persen, karena harga bensin, mobil, dan terus bekas serta beberapa barang lainnya turun. Angka tersebut merupakan laju paling lambat sejak Februari 2021 dan turun dari 2,9 pada Juli, meskipun ada kenaikan biaya perumahan yang tidak terduga. 

Baca Juga

Data Departemen Tenaga Kerja AS tersebut muncul selama kampanye presiden dimana kenaikan biaya hidup menjadi isu utama yang disorot. Analis mengatakan data tersebut meningkatkan kemungkinan Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan minggu depan, tetapi mengurangi kemungkinan pemangkasan yang lebih besar.

“Secara keseluruhan, inflasi tampaknya telah berhasil dijinakkan, tetapi dengan inflasi perumahan yang masih menolak untuk mereda secepat yang diharapkan, inflasi belum sepenuhnya hilang,” kata Paul Ashworth, Kepala Ekonom Amerika Utara untuk Capital Economics, dikutip Jumat (13/9/2024). 

Data menunjukkan tekanan harga mulai mereda untuk barang-barang rumah tangga utama. Harga bahan makanan, yang melonjak beberapa tahun lalu, tidak berubah dari Juli hingga Agustus dan naik kurang dari 1 persen dari tahun lalu, menurut laporan tersebut.

Harga bensin, bahan pokok lainnya, juga turun. Turun selama sebulan dan lebih dari 10 persen dari Agustus 2023. Namun, harga barang-barang lainnya terus naik.

Tidak termasuk makanan dan energi –yang cenderung berfluktuasi dan dapat mengaburkan tren yang mendasarinya- harga naik 3,2 persen sepanjang tahun, karena tiket pesawat, asuransi mobil, sewa, dan biaya perumahan lainnya menjadi lebih mahal.

“Ini berfungsi sebagai pengingat untuk tidak terlalu terbawa suasana dengan data inflasi yang lebih baik selama beberapa bulan,” ujar Brian Coulton, Kepala Ekonom Fitch Ratings.

“Tentu saja tidak cukup untuk menghentikan Fed memangkas suku bunga akhir bulan ini, tetapi inflasi jasa yang terus berlanjut akan menjadi salah satu alasan mengapa Fed tidak akaN memangkas suku bunga secara agresif selama sekitar satu tahun ke depan,” lanjutnya. 

Bank sentral, termasuk The Federal Reserve, mulai menaikkan biaya pinjaman dua tahun lalu dalam upaya untuk memperlambat inflasi. Harga mulai naik secara global pada 2021 karena masalah pasokan terkait pandemi dan lonjakan belanja pemerintah.

Invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 kemudian menyebabkan harga minyak melonjak, yang selanjutnya memicu inflasi global. Inflasi AS mencapai titik tertinggi 9,1 persen pada Juni 2022, tetapi sejak itu turun mendekati angka 2 persen yang dianggap sehat.

Mengincar produk diskon 

Jasmine Loeber, seorang ibu rumah tangga dari Pennsylvania sangat terkejut dengan kenaikan harga dalam beberapa tahun terakhir. Sehingga ia mulai memposting di media sosial tentang belanjaannya yang mahal di supermarket.

Namun, wanita berusia 26 tahun itu mengatakan kepada BBC bahwa harga baru-baru ini mulai menjadi lebih terjangkau.

Ia masih berbelanja secara strategis, menghindari merek tertentu dan tetap berbelanja di toko yang dikenal ramah anggaran, tetapi sekarang melihat lebih banyak diskon atau potongan harga. “Saya perhatikan, selama beberapa bulan terakhir, mereka memberi label merah pada semuanya,” kata dia, seraya menambahkan bahwa keluarganya baru-baru ini mengambil liburan pertama dalam tiga tahun.

Namun, dia mengatakan tekanan keuangan yang lebih luas, seperti biaya perumahan, masih sangat membebani sehingga dia tidak berencana untuk memiliki lebih dari satu anak.

Angka-angka terbaru sebagian besar tidak diperhatikan setelah debat pertama dan ketika para pemimpin politik memperingati ulang tahun serangan 11 September di World Trade Center di New York.

Jasmine, yang tinggal di negara bagian itu mengatakan dia tidak memilih pada Pilpres 2020 dan tidak yakin akan memilih pula pada Pilpres tahun ini yang akan berlangsung pada November mendatang. “Sangat sulit untuk percaya bahwa mereka benar-benar akan dapat melakukan apa pun tentang hal itu,” ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement