REPUBLIKA.CO.ID,ISTANBUL -- Unjuk rasa pro-Palestina berlanjut pada Jumat (13/9/2024) untuk hari ketiga yang mengganggu Pameran Angkatan Darat di Australia.
Pameran pertahanan dan senjata selama tiga hari di kota Melbourne di tenggara itu menyaksikan unjuk rasa besar-besaran menyusul perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Pameran industri pertahanan terbesar di Australia, Pameran Angkatan Darat, menampilkan lebih dari 800 produsen senjata dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Israel.
Saat para peserta tiba di tempat tersebut, konfrontasi meletus, dan beberapa penangkapan dilakukan, dikutip dari laman Anadolu Agency, Jumat (13/9/2024).
Unjuk rasa tersebut meliputi slogan-slogan dan aksi duduk untuk menarik perhatian pada kerusakan yang disebabkan oleh senjata, terutama pasokan senjata ke Israel yang telah melancarkan perang di Gaza. Akibatnya telah banyak warga Palestina yang wafat, lebih dari 41.000 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023 wafat, kebanyakan wanita dan anak-anak.
Senator David Shoebridge, yang menggambarkan pameran tersebut sebagai "festival distopia yang luar biasa" mengutuk kehadiran produsen senjata Israel, yang diduga menjual produk mereka ke Tel Aviv untuk digunakan di Gaza.
Shoebridge mendesak pemerintah untuk menolak promosi semacam itu dan mengatakan bahwa politisi "mencari pekerjaan berikutnya" sementara perusahaan "menjual senjata yang diuji di Gaza."
"Dan banyak uang publik mengalir ke perusahaan senjata asing," kata Shoebridge dalam pernyataan lewat video di X.
Menurut SBS News, kelompok hak asasi manusia menyuarakan kekhawatiran tentang penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi Australia, yang telah menggunakan semprotan merica, peluru karet, dan alat peledak untuk mengendalikan massa.