Sabtu 14 Sep 2024 12:53 WIB

Hukum Meniup Makanan dan Minuman Panas Menurut Islam

Larangan meniup makanan dan minuman panas selaras dengan pendapat ilmiah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Makanan panas (ilustrasi). Islam melarang umatnya untuk meniup makanan atau minuman panas.
Foto: pixabay
Makanan panas (ilustrasi). Islam melarang umatnya untuk meniup makanan atau minuman panas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat hendak menyantap makanan atau minuman panas, kita sering kali secara refleks meniupnya terlebih dahulu untuk menurunkan suhunya. Namun bagaimana hukum meniup makanan atau minuman panas menurut Islam?

Pegiat halal sekaligus founder Halal Corner Foundation, Aisha Maharani, mengatakan bahwa Islam melarang umatnya untuk meniup makanan atau minuman panas. Hal itu merujuk pada sebuah hadist riwayat Ibnu Abbas yang artinya: Dari Ibnu Abbas RA, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW melarang mengembuskan napas dan meniup makanan atau minuman pada bejana.

Baca Juga

“Jadi memang tidak diperbolehkan,” kata Aisha saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (10/9/2024).

Namun demikian untuk penentuan hukum, para ulama memiliki perbedaan pendapat. Ulama Syafi'iyah misalnya berpandangan bahwa kegiatan meniup makanan atau minuman saat panas tidak diperbolehkan karena termasuk pada adab makan dan minum.

“Sedangkan menurut beberapa ulama Mazhab Hanbali, meniup makanan atau minuman untuk mendinginkannya adalah perbuatan yang makruh. Karena hal tersebut dapat menghilangkan berkah,” jelas Aisha.

Aisha lebih lanjut mengatakan bahwa secara ilmiah larangan ini selaras dengan pendapat ilmiah. Ketika seseorang meniup makanan atau minuman panas, jelas Aisha, udara yang dikeluarkan dari mulut mengandung gas karbon dioksida (CO2). Apabila karbon dioksida bersentuhan dengan permukaan makanan atau minuman, maka bisa menghasilkan asam karbonat, yang pada kadar tertentu dapat menimbulkan risiko penyakit.

“Saat makanan atau minuman bertemu dengan karbon dioksida atau CO2 yang keluar melalui mulut, dapat menghasilkan asam karbonat. Senyawa ini tidak menguntungkan bagi tubuh kita karena jika masuk ke dalam perut, dapat menimbulkan risiko penyakit,” kata Aisha.

Selain itu, menurut Aisha, sisa-sisa makanan di dalam mulut juga dapat mengalami pembusukan sehingga menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Bau yang dihasilkan oleh mulut ini dapat menjadi risiko bagi kesehatan tubuh.

“Meniup makanan dan minuman berhubungan dengan bakteri helicobacter pylori. Bakteri ini dapat menyebabkan peradangan kronis pada lapisan lambung,” kata Aisha.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement