Ahad 15 Sep 2024 08:10 WIB

Sejarah Perayaan Maulid Nabi, Benarkah Digagas Saladin?

Perayaan Maulid Nabi sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun silam.

Red: Hasanul Rizqa
ILUSTRASI Sultan Shalahuddin al-Ayyubi atau yang disebut Saladin oleh Eropa.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Sultan Shalahuddin al-Ayyubi atau yang disebut Saladin oleh Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW bermula dari era Dinasti Ayyubiyah. Inisiatornya adalah sang pendiri daulah itu di Mesir, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi (1137-1193). Ia bertujuan meningkatkan perasaan cinta kolektif umat Islam kepada Rasulullah SAW. Pada akhirnya, kecintaan itu dapat memperkuat rasa persaudaraan (ukhuwah) di antara sesama Muslimin.

Peringatan Maulid Nabi untuk pertama kalinya digelar pada 580 H atau 1184 M. Saat itu, Shalahuddin mengimbau para penyair negerinya untuk menggubah syair puji-pujian bagi Nabi SAW seindah mungkin. Bahkan, raja Muslim ini mengadakan sayembara untuk itu.

Baca Juga

Namun, ada pula pendapat yang menyebut, Shalahuddin "hanya" meneruskan tradisi yang sudah ada. AM Waskito dalam Pro dan Kontra Maulid Nabi SAW (2014) menukil pendapat sejarawan Prof Ali Muhammad ash-Shallabi.

Sultan Shalahuddin pada mulanya hendak meminimalkan sisa-sisa pengaruh Dinasti Fathimiyah yang berhaluan Syiah Ismailiyah-Rafidhah, yakni penguasa Mesir sebelumnya.