REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Peribahasa "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian" punya padanan dalam bahasa Mandarin yaitu yang kira-kira berarti setelah penderitaan, akan datang kebahagiaan.
Idiom yang lumayan umum itu menjadi favorit Hendy Yuniarto (35), pakar asing sekaligus dosen Bahasa Indonesia di "Schools of Asian Studies", Beijing Foreign Studies University (BFSU), Beijing China.
Pria asli Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu telah mengajar Bahasa Indonesia di BFSU sejak 2015. Namun, statusnya bukan hanya pengajar, melainkan sebagai dosen penutur asli yang memberikan konteks dan rasa Indonesia kepada mahasiswa di BFSU.
"Tidak semua program studi Bahasa Indonesia di kampus-kampus di China, BFSU salah satu universitas yang memiliki pakar asing Bahasa Indonesia, yaitu saya, tapi pada sekitar tahun 1960-an, pakar asing bahasa Indonesia di sini adalah Sobron Aidit, adik dari Ketua Partai Komunis Indonesia DN Aidit," kata Hendy saat berbincang dengan wartawan Antara di Beijing, Jumat (13/9).
Sebagai pakar asing, ia tidak hanya bertugas untuk "mengajar" namun juga meneliti dan mengembangkan buku ajar Bahasa Indonesia karena ketersediaan sumber ajar bahasa-bahasa minor di China, termasuk bahasa Indonesia, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Mandarin, masih minim.
Lihat halaman berikutnya >>>