REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdul Aziz dalam buku Chiefdom Madinah: Kerucut Kekuasaan pada Zaman Awal Islam (2016) menuturkan, setiap kabilah Arab di Makkah pada abad keenam memiliki berhala pujaan masing-masing. Bagaimanapun, pada masa Jahiliyah ini, Hubal terus menjadi sesembahan yang paling dimuliakan oleh seluruh mereka.
Di depan patung tersebut, orang-orang musyrik Makkah dari pelbagai kalangan, mulai dari rakyat jelata hingga elite politik, membungkuk-bungkuk dan memelas. Mereka memohon keberkahan dan perlindungan dari rupa-rupa malapetaka kepada benda mati itu.
Berhala orang-orang Arab pada zaman pra-kenabian Muhammad SAW umumnya terbuat dari berbagai bahan. Di antaranya adalah kayu, tembaga, besi, batu, dan bahkan perak atau emas. Bentuknya dikondisikan menyerupai manusia atau hewan.
Sebagai contoh, dari Syam, Hubal yang diterima Amr bin Luhay--si pembawa tradisi paganisme ke tengah bangsa Arab--berbentuk sesosok orang yang patah tangan kanannya. Berhala ini dipahat dari bahan batu akik merah. Belakangan, kaum musyrikin Makkah memperbaiki tangan sesembahannya itu dengan emas.