Senin 16 Sep 2024 13:39 WIB

Harga Emas Dunia Meroket, Nyaris Sentuh 2.600 Dolar AS per Troy Ons  

Angka 2.600 adalah level yang cukup fantastis saat ini.

Rep: Eva Rianti / Red: Gita Amanda
Harga emas dunia kian meroket menyentuh level 2.586 dolar AS per troy ons pada perdagangan Senin (16/9/2024).  (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Shutterstock/aa. (Shutterstock/Oleksan
Harga emas dunia kian meroket menyentuh level 2.586 dolar AS per troy ons pada perdagangan Senin (16/9/2024). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga emas dunia kian meroket menyentuh level 2.586 dolar AS per troy ons pada perdagangan Senin (16/9/2024). Pengamat menganalisis ada berbagai sentimen yang memengaruhi semakin bersinarnya harga logam mulia tersebut, mulai dari faktor tingginya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed hingga panasnya kondisi geopolitik yang mendorong pembelian besar-besaran pada instrumen safe haven. 

“Harga emas dunia dalam dua hari ini akan mendekati level 2.600 dolar AS per troy ons. Angka 2.600 adalah level yang cukup fantastis saat ini. Yang memengaruhi harga emas dunia mencapai harga yang cukup signifikan ada empat faktor,” kata Pengamat komoditas yang juga Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan suara kepada wartawan, Senin (16/9/2024). 

Baca Juga

Ibrahim menjelaskan, sentimen pertama yakni faktor spekulasi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS pada minggu ini, pasca data pengangguran yang stagnan. Ada indikasi bank sentral AS bukan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), tetapi justru 50 bps. 

“Yang ditunggu oleh pasar adalah tentang pernyataan bank sentral sendiri, apakah setelah bulan September akan menurunkan suku bunga tambahan 110 bps totalnya, seandainya diturunkan menjadi 50 bps berarti tinggal 60 bps. Ini yang sedang ditunggu sehingga spekulasi penurunan suku bunga membuat indeks dolar kembali lagi mengalami pelemahan dan harga emas dunia mengalami penguatan,” jelasnya. 

Kedua, faktor Pilpres AS yang terus memanas, menyusul adanya percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump kembali. Kondisi itu membuat perpolitikan di AS kembali lagi memanas, sehingga dimanfaatkan oleh para speculator untuk melakukan kembali pembelian terhadap emas dunia sebagai safe haven. 

“Kita harus tahu kenapa sering terjadi percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump, yakni karena ada kemungkinan besar Pilpres di AS dimenangkan oleh Trump. Trump adalah anti yahudi, kemungkinan besar pada saat Trump memenangkan Pilpres di November yang pertama kali diurus adalah konflik di Timur Tengah kemungkinan akan diselesaikan, kemudian di Rusia-Ukraina juga kemungkinan akan diselesaikan hanya 1-2 hari,” tuturnya. 

Ketiga adalah faktor perlambatan ekonomi di China, paska permasalahan gagal bayar obligasi properti. Juga data neraca perdagangan yang baru-baru ini dirilis menunjukkan kejatuhan karena impor dan ekspor berkurang. Kondisi itu menandakan bahwa ekonomi di China saat ini mengalami kontraksi yang cukup luar biasa. 

Di sisi lain, pengangguran di China cukup besar dengan hampir 20 persen masyarakat di Negeri Panda mengalami PHK besar-besaran. Hal itu membuat pemerintah kemungkinan akan kembali menggelontorkan stimulus secara besar-besaran. 

Kemudian pada gilirannya bank sentral China pun akan menurunkan suku bunga secara bertahap. Tujuanya agar pengusaha-pengusaha China khususnya UMKM atau home industry untuk kembali bangkit dan kembali berproduksi. Sehingga ini yg akan mengangkat sentimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi di China.

“Terakhir (sentimen keempat) yakni negara-negara berkonflik, seperti China, Taiwan, Rusia, Eropa, dan Timur Tengah saat ini melakukan pembelian secara besar-besaran terhadap emas sebagai safe haven. Itu karena kalau seandainya terjadi perang besar atau perang dunia ketiga, mereka sudah mempersiapkan diri dengan cadangan emasnya,” jelasnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement