REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran mengabadikan mimpi-mimpi baik yang akhirnya menjadi kenyataan. Mimpi tersebut rata-rata adalah mimpi yang dialami para nabi dan rasul.
Syekh Nashir Makarim asy-Syairazi, dalam kitab Nafahat al-Quran, menjelaskan terdapat tujuh ayat yang mengisahkan tentang mimpi yang benar, yaitu sebagai berikut:
Pertama, dalam Surat Al-Fath, Alquran berbicara tentang mimpi Nabi SAW yang benar. Beliau melihat dirinya dan para sahabatnya memasuki Makkah untuk melakukan umrah dan mengunjungi, Baitullah Kabah.
Nabi SAW mengungkapkan mimpi ini kepada kaum Muslimin dan mereka bersukacita, tetapi mereka membayangkan bahwa penglihatan ini terealisasi pada tahun keenam ketika perdamaian Hudaibiyah terjadi, dan penaklukan tidak terjadi pada waktu itu, tetapi Nabi meyakinkan mereka bahwa mimpi itu benar dan akan terwujud suatu hari nanti. Alquran menjawab mereka yang meragukan kebenaran penglihatan tersebut dengan mengatakan:
لَقَدْ صَدَقَ اللَّهُ رَسُولَهُ الرُّؤْيَا بِالْحَقِّ ۖ لَتَدْخُلُنَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَ ۖ فَعَلِمَ مَا لَمْ تَعْلَمُوا فَجَعَلَ مِنْ دُونِ ذَٰلِكَ فَتْحًا قَرِيبًا
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (QS Al-Fath ayat 27)
Mimpi tersebut terealisasi pada Dzulqadah tahun ketujuh Hijrah. Umrah pada tahun tersebut dikenal dengan nama “Umrah Qadha” karena kaum Muslimin berniat melaksanakannya pada tahun keenam, namun dihalangi oleh kaum Quraish.
Kedua, dalam surat al-Isra ayat 60 dijelaskan, Rasulullah SAW bermimpi dengan singkat dan sekilas. Ini terekam dalam ayat sebagai berikut:
وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ ۚ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ ۚ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَانًا كَبِيرًا
"Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia". Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Alquran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka."
Dalam Kitab Tafsir al-Kabir, Fakhruddin ar-Razi, menjelaskan para penafsiran Sunni dan Syiah mengutip sebuah hadits terkenal yang menyatakan: Nabi melihat dalam sebuah mimpi bahwa monyet-monyet naik dan turun dari mimbarnya, dan Nabi merasa sedih dengan hal ini, karena hal ini menceritakan tentang kejadian-kejadian yang tiba-tiba dalam kepemimpinan Muslim setelah Nabi (banyak yang menafsirkan mimpi tersebut sebagai pemerintahan Bani Umayyah, di mana mereka secara tidak adil menggantikan Nabi satu demi satu dan merusak kekhalifahan, dan mereka tidak memiliki karakter dan mengikuti apa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka pada masa jahiliyah)."
Ada yang mengatakan bahwa mimpi ini ini sama dengan mimpi memasuki Makkah. Tetapi ini dibantah karena surat al-Isra diturunkan di Makkah, dan mimpi tersebut terjadi di Madinah dan sebelum perdamaian Hudaibiyah pada tahun keenam hijrah.
Ketiga, mimpi yang benar lainnya adalah mimpi Nabi Ibrahim al-Khalil 'alaihissalam tentang penyembelihan Ismail 'alaihissalam.
BACA JUGA: Media Barat Ini Bongkar Praktik Kawin Kontrak Alias Nikah Mutah di Puncak, Begini Faktanya
Nabi Ibrahim adalah subjek ujian besar untuk mencapai posisi tinggi imamah dan kepemimpinan umat, beliau diperintahkan untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail, meskipun perintah tersebut diwahyukan kepadanya ketika beliau sedang tidur, artinya, perintah tersebut adalah mimpi dan bukan yang lainnya, marilah kita baca apa yang dikatakan Alquran tentang hal ini:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS as-Safat 102).