Selasa 17 Sep 2024 12:17 WIB

UAI Kembangkan Santripreneur dengan Pembukuan Digital di Ponpes Al-Amaliyah

Santri di Ponpes Al Amaliyah bisa belajar entrepreneur.

Red: Muhammad Hafil
Program Santripreneur melalui konsep Kantin Ramah Pangan Berkelanjutan dan Pembukuan Digital.
Foto: Dok Republika
Program Santripreneur melalui konsep Kantin Ramah Pangan Berkelanjutan dan Pembukuan Digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) bekerja sama dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Amaliyah di Desa Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengembangkan program Santripreneur melalui konsep Kantin Ramah Pangan Berkelanjutan dan Pembukuan Digital. Program ini bertujuan menjadikan kantin mini "An-Najah" sebagai inkubator bisnis bagi para santri dan guru di ponpes tersebut.

Ketua Pelaksana Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) UAI, Iin Suryaningsih, menjelaskan bahwa kantin An-Najah akan menjadi kantin percontohan di Cikidang dengan menerapkan praktik pangan berkelanjutan dan sistem pembukuan digital. "Kami melihat peluang kerjasama dengan Ponpes Al-Amaliyah dalam mengembangkan konsep kantin yang inovatif ini," ungkapnya dalam keterangan di Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Baca Juga

Pengasuh Ponpes Al-Amaliyah, Ustaz Mustopa, dalam pertemuan dengan tim pelaksana Pengabdian Masyarakat (abdimas) UAI, 02 Juli 2024, menyatakan komitmennya untuk mengembangkan kantin An-Najah sebagai wujud nyata pesantren yang tak hanya mendidik santri dalam aspek keagamaan, tetapi juga memberdayakan mereka di bidang bisnis. “Ponpes Al-Amaliyah akan membuktikan bahwa pesantren bisa sejajar dengan masyarakat yang mengembangkan bisnis mikro, seperti halnya kantin,” ujar Mustopa.

Konsep pangan berkelanjutan yang diterapkan di kantin An-Najah melibatkan upaya menjaga keamanan pangan bagi konsumen utama, yaitu anak-anak berusia 5-10 tahun. Praktik tersebut mencakup pengolahan bahan baku yang aman dari bahaya biologis, kimia, maupun fisik. Ema Komalasari, anggota tim pelaksana PKM, menambahkan bahwa aspek berkelanjutan juga merujuk pada penggunaan bahan baku lokal dari Desa Cikidang serta pemilahan limbah makanan yang baik dan tepat guna.