REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA — Kelompok separatis bersenjata Papua Merdeka menolak keterlibatan pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI), maupun Polri dalam pembebasan sandera pilot maskapai Susi Air Kapten Phillip Mark Mehrtens. Dalam proposal rencana pelepasan pilot kebangsaan Selandia Baru tersebut, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB)-OPM menuntut 10 pihak fasilitator dalam dan luar negeri.
Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom menyampaikan, proposal pembebasan Kapten Philip kali ini merupakan hasil kesepakatan antara Markas Pusat TPNPB dan seluruh pemimpin OPM di seluruh wilayah Papua. Terutama kata dia, kesepakatan dengan pemimpin OPM di wilayah Nduga, Papua Pegunungan, Egianus Kogeya yang merupakan pihak penyandera Kapten Philip. Kesepakatan untuk membebaskan Kapten Philip, kata Sebby, hasil dari komunikasi yang dilakukan empat kali sepanjang Agustus 2024 lalu.
“Dari hasil komunikasi tersebut, TPNPB, merekomendasikan untuk mengeluarkan proposal pembebasan pilot, dan itu diikuti oleh semua pihak,” begitu kata Sebby dalam siaran pers video yang diterima Republika, di Jakarta, Selasa (17/9/2024).
“Kami menyetujui dan menyepakati akan lepaskan pilot Selandia Baru (Kapten Philip) demi kemanusian, tanpa syarat. Dan kami mencabut semua tuntutan hanya untuk pilot ini,” ujar Sebby.
Namun perihal tuntutan kemerdekaan Papua, kata Sebby, masih akan dilanjutkan sampai ke meja perundingan. Dalam proposal pembebasan yang dilayangkan, TPNPB-OPM menyampaikan enam tahap sebagai simulasi pembebasan Kapten Philip.
Kelompok bersenjata itu, meminta pemerintah Selandia Baru menyiapkan pesawat udara sipil dengan rute penerbangan Selandia Baru-Papua Nugini-Jayapura. Alih-alih terbuka untuk meminta partisipasi militer, ataupun kepolisian Indonesia, kelompok separatis bersenjata Papua Merdeka itu, meminta agar adanya partisipasi kehadiran pihak kepolisian, dan militer Selandia Baru.
“Polisi dan tentara Selandia baru, harus masuk dan kawal proses penjemputan pilot Kapten Philip Mark Marthen bersama pesawat sipil asal Selandia Baru,” demikian tertulis dalam proposal tertulis yang disampaikan Sebby.
“Pesawat tiba di airport (bandara) Sentani-Jayapura, dan parkir untuk menunggu tim yang akan menjemput pilot tiba dari Nduga,” begitu dalam proposal tersebut.