Rabu 18 Sep 2024 06:00 WIB

Maulid Nabi Momentum Rajut Tali Persaudaraan

Maulid Nabi Muhammad mengingatkan banyak orang tentang manusia terbaik.

Red: Erdy Nasrul
Warga mengikuti kirab sekaten di kawasan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Ahad (15/9/2024). Yayasan Al Khitoh Insani menggelar kegiatan kirab sekaten dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi yang diperingati setiap 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Kirab Sekanten dimaknai sebagian umat muslim sebagai metode penyebaran agama islam khususnya di Jawa Tengah pada era wali songo. Selain kirab Sekaten, yayasan tersebut juga menggelar kegiatan tausiah, tahlil, santunan anak yatim dan shalawatan yang diharapkan menjadi sarana untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan islam sekaligus meneladani akhlak Rasulullah SAW, menjalin silaturahmi juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga mengikuti kirab sekaten di kawasan Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Ahad (15/9/2024). Yayasan Al Khitoh Insani menggelar kegiatan kirab sekaten dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi yang diperingati setiap 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Kirab Sekanten dimaknai sebagian umat muslim sebagai metode penyebaran agama islam khususnya di Jawa Tengah pada era wali songo. Selain kirab Sekaten, yayasan tersebut juga menggelar kegiatan tausiah, tahlil, santunan anak yatim dan shalawatan yang diharapkan menjadi sarana untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan islam sekaligus meneladani akhlak Rasulullah SAW, menjalin silaturahmi juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Lampung Puji Raharjo mengatakan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah menjadi momen penting untuk merajut kembali tali persaudaraan dan kebersamaan.

"Hal ini sesuai dengan ajaran damai Rasulullah SAW yang relevansinya melampaui batas-batas geografi, budaya, dan waktu," kata dia di Bandarlampung, Selasa

Baca Juga

Dia mengatakan dalam konteks Islam Nusantara, ajaran damai Rasulullah dipahami dan diaplikasikan dengan pendekatan yang penuh kelembutan, toleransi, dan harmoni, sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang majemuk.

"Islam Nusantara bukan hanya sekadar praktik keislaman yang terbatas pada ritual, tetapi juga sebuah world view yang mengedepankan nilai-nilai inklusivitas, menghargai perbedaan, dan beradaptasi dengan lokalitas tanpa meninggalkan prinsip-prinsip utama ajaran Islam," katanya.