Kamis 19 Sep 2024 11:06 WIB

Situasi Jelang Madiun Affair 1948

Kaum komunis yang dipimpin Musso memberontak terhadap pemerintah yang sah pada 1948.

Red: Hasanul Rizqa
ILUSTRASI Kader Partai Komunis Indonesia (PKI)
Foto: Wikipedia
ILUSTRASI Kader Partai Komunis Indonesia (PKI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sejarah Indonesia, kaum komunis tercatat beberapa kali mengupayakan perebutan kekuasaan. Pada November 1926 dan Januari 1927, Partai Komunis Indonesia (PKI) meletuskan pemberontakan bersenjata di Jawa dan Sumatra Barat. Pemerintah kolonial Belanda saat itu dengan mudah memadamkan keduanya. Ribuan anggota PKI ditahan. Sekira 1.300 orang simpatisannya dibuang ke Boven-Digul. Partai ini lalu ditetapkan sebagai organisasi terlarang.

Pergerakan komunis toh tidak berhenti sesudah itu. Melewati zaman penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, kaum kiri di Indonesia terus menyusun kekuatan, baik dari dalam maupun luar negeri. Sesudah Peristiwa 1926/1927, beberapa tokoh kunci bermukim di Uni Soviet, induk negara-negara komunis sedunia. Di antara mereka ialah Muso Manowar--namanya kerap dieja Musso atau Paul Mussotte.

Baca Juga

Harry A Poeze dalam Madiun 1948: PKI Bergerak (2011) menjelaskan, Muso tidak berada di Indonesia ketika pemberontakan PKI terjadi pada 1926/1927. Di Singapura, ia ditangkap polisi Inggris. Begitu dibebaskan, sosok kelahiran Kediri, Jawa Timur, itu lantas pergi ke Moskow. Selama 22 tahun berikutnya, di sanalah dirinya menetap sembari terus memantau perkembangan Tanah Air.

Berita tentang kemerdekaan RI diperolehnya melalui siaran radio dan korespondensi. Bagaimanapun, Muso tidak langsung kembali pulang. Sejak 1945, ia terus mematangkan rencana untuk mewujudkan visinya: Indonesia sebagai negara komunis di bawah Uni Soviet.