REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain Monumen Soco, terdapat tugu serupa di Rejosari, Kawedanan, Magetan. Terpatri di sana, sebanyak 26 nama korban keganasan massa Front Demokrasi Rakyat-Partai Komunis Indonesia (FDR/PKI). Satu nama ulama yang ada pada monumen itu ialah KH Imam Shofwan, pengasuh Pesantren Thoriqussu'ada Rejosari, Madiun.
Kiai Shofwan dikubur hidup-hidup di dalam sumur tersebut setelah disiksa berkali-kali. Ketika dimasukkan ke dalam sumur, Kiai Shofwan masih sempat mengumandangkan azan. Dua putranya, yakni Kiai Zubeir dan Kiai Bawani, juga menjadi korban. Keduanya dikubur hidup-hidup secara bersama-sama.
Desa Kresek, Wungu, Madiun, juga menjadi saksi kebengisan para pemberontak. Berdasarkan data yang didapat, ada 17 orang yang jasadnya ditemukan dalam sumur desa tersebut. Sumur inilah yang menjadi lokasi bagi para simpatisan FDR/PKI untuk membantai korban-korbannya.
Buku Lubang-Lubang Pembantaian mengutip kesaksian seorang korban yang selamat dari pembantaian, Rono Kromo (89 tahun, saat buku itu disusun). Rono ikut membantu mengangkat jenazah para korban di loji pabrik gula, Rejosari, Gorang Gareng—10 km arah timur Magetan. “Waktu saya masuk ruangan (loji), kaki saya terasa …nyess… ketika menginjak darah di lantai,” katanya. Menurutnya, cairan darah di sana mencapai setinggi mata kaki.